REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Beberapa orang yang menjadi korban tsunami Selat Sunda yang dirawat di Puskemas Anyer, Serang Banten, Ahad (23/12). Korban bernama Odoy bercerita bagaimana ia berhasil lari dari terjangan ombak tsunami dan memanjat pohon untuk mencari perlindungan.
Odoy mengatakan, sebelum terjadi tsunami, air laut sempat surut. Odoy tidak menaruh curiga karena ia tidak merasakan adanya gempa bumi. Ia juga tidak mendengar peringatan tsunami.
Akan tetapi, tiba-tiba, ombak pertama datang. Saat itu, Odoy mengaku sempat terseret ombak. Namun, ia berhasil sadar dan kembali menyelamatkan diri.
Ketika itulah, ia berusaha memanjat pohon yang dilihatnya. "Peringatan enggak ada. Itu sempet surut. Langsung dihantem ombak. Saya naik pohon alhamdulillah," kata dia.
Korban lainnya, Ulkam (31 tahun) menjelaskan ia bersama enam orang temannya yang sedang berlibur di Pulau Sangiang. Ia bercerita, ketika air laut surut sekitar pukul 21.30 WIB, dirinya bersama teman-temannya sedang membakar ayam di dekat pantai.
Namun, beberapa saat kemudian ombak besar setinggi dua meter menerjang. Menurut dia, air menerjang sekitar pukul 22.00 WIB.
Ulkam lari menuju rumah di sekitar pantai itu. Naas, ombak menerjang rumah-rumah warga yang berjarak ratusan meter dari bibir pantai.
Rumah yang menjadi perlindungan Ulkam pun tak kuat menahan terjangan ombak. "Saya masuk ke rumah kehimpit kayu rumah yang hancur," kata dia saat ditemui Republika.co.id di Puskesmas Anyer, Ahad (23/12).
Di tubuh Ulkam seperti kepala dan kaki mengalami luka. Namun, semua luka itu telah dan dibalut kapas dengan plester. Ia juga mengaku bahwa bahu kirinya terkilir.
Beberapa korban selamat dari peristiwa tsunami yang terjasi di Banteng dan Lampung langsung dilarikan ke rumah sakit. Di Puskesmas Anyar, Serang, Banten, dua orang selamat akibat terjangan ombak itu telah mendapatkan perawatan.
Kendati demikian, Ulkam dan Odoy belum mengetahui lokasi evakuasi lima temannya yang lain saat ini. Sebab, dua orang itu merupakan korban yang pertama dievakuasi dari Pulau Sangiang.
Berdasarkan data yang diterima Republika, hingga Ahad (23/12) ada sembilan orang korban yang berasal dari Pulau Sangiang yang dievakuasi ke Puskesmas Kecamatan Anyar. Korban itu di antaranya Eka Ayu (25), Nazila Aztiya (3 bulan), Abdul Gofur (26 tahun), Ria Anggreini (26), Saniah/Tajudin (32), Sahdiyah Binti Saliman (15), Sarmunah/Rahmat (45), Ulkam (31), dan Fegis (23).
Berdasarkan keterangan pihak puskesmas, kondisi korban rata-rata mengalami luka ringan. Di Puskesmas itu korban diberikan pertolongan pertama.
Sementara Syafei (40), warga setempat, mengatakan, warga Desa Anyer, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, saat ini mulai mengungsi ke daerah perbukitan yang berjarak sekitar 500 meter dari Jalan Raya Anyer. Menurut dia, warga mulai meninggalkan rumahnya sejak pukul 12.00 WIB.
"Warga mulai ke atas mulai zuhur. Kalau tadi pagi sudah surut, tapi naik lagi airnya," kata dia.
Ia mengatakan, pada Sabtu malam, air pasang tak sampai menerjang Jalan Raya Anyar di Desa Anyar. Namun, air naik lebih tinggi dari pasang biasanya.
Ia mengatakan, tak ada sama sekali peringatan dari aparat mengenai kejadian tsunami. Karena itu, warga tak tahu kalau ada gelombang besar datang.
Berdasarkan pantauan Republika, beberapa kendaraan masih terlihat berlalu-lalang. Sementara beberapa kendaraan petugas juga terlihat berlalu lalang.
Namun, Syafei mengatakan warga saat ini masih bersiap, takut kalau ada gelombang susulan. "Cuma warga masih awas. Warga juga belum ada yang berani pulang. Sebelumnya gak pernah seperti ini," kata dia.
http://bit.ly/2BzN7FK
December 23, 2018 at 05:14PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2BzN7FK
via IFTTT
No comments:
Post a Comment