REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron mengkritik keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik pasukannya dari Suriah. Pada pekan lalu Trump mengatakan AS sudah berhasil mengalahkan ISIS dari Suriah dan akan menarik pasukan AS dari negara tersebut.
"Saya sangat menyesal dangan keputusan yang dibuat dalam urusan Suriah," kata Macron, seperti dilansir dari Anadolu, Senin (24/12).
Hal ini Macron katakan dalam sebuah konferensi pers bersama Presiden Chad Idriss Deby di N'Djamena. Keputusan Trump menarik pasukan AS dari Suriah ini membuat Menteri Pertahanan AS James Mattis memilih mengundurkan diri.
"Suku harus bisa diandalkan, untuk berkoordinasi dengan sekutu lainnya, untuk menjadi sekutu bahu membahu," katanya.
Macron juga memuji keputusan Mattis untuk mengundurkan diri daripada harus mengikuti Trump. Mattis mengundurkan diri karena berbeda pendapat dengan Presiden Trump. Mattis mengumumkan rencana pengunduran dirinya dalam surat pengunduran diri yang ditunjukkan kepada Trump.
Surat tersebut berisi tentang semakin berkembangnya perpecahaan di antara mereka dan secara implisit mengkritik Trump yang mengabaikan sekutu terdekat AS. Gedung Putih mengatakan Mattis merilis surat tersebut setelah bertatap muka dengan Trump di mana kedua orang tersebut juga menunjukan perbedaan mereka.
"Karena Anda memiliki hak untuk memiliki Menteri Pertahanan yang dalam hal ini memiliki pandangan yang selaras dengan Anda dan persoalan lainnya, saya yakin ini langkah yang tepat bagi saya untuk mengundurkan diri dari posisi saya," kata Mattis dalam surat tersebut.
Keputusan Trump mendeklarasikan kemenangan atas ISIS dan menarik pasukan dari Suriah mengundang hujan kritikan. Para senator dari partai Republik pun AS marah. Mereka menuntut informasi lebih banyak lagi dan rapat formal untuk membahas hal ini.
Senator dari Partai Republik Lindsay Graham yang baru pulang dari Afghanistan mengatakan ia baru saja bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Jim Mattis. Graham yang biasanya mendukung Trump mengatakan presiden AS ke-45 itu 'terbutakan' dengan laporan-laporan yang diberikan kepadanya dan menyebut keputusan ini 'akan menciptakan bencana.'
"Pemenang terbesar dalam hal ini adalah ISIS dan Iran," kata Graham pekan lalu.
http://bit.ly/2rTb6et
December 24, 2018 at 03:40PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2rTb6et
via IFTTT
No comments:
Post a Comment