REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) raksasa milik Cina mulai memasang target untuk menambah sumur-sumur bor, khususnya yang memproduksi gas. Dilansir Reuters, penambahan sumur gas sejak akhir 2018 hingga saat ini bahkan menyentuh yang terbanyak sejak 2016 lalu saat harga minyak dunia masih terpukul hingga level terendah. Peningkatan produksi gas juga diharapkan bisa mengamankan pasokan dalam negeri.
Sejak Agustus 2018 lalu, Presiden Xi Jinping memang meminta tiga perusahaan migas terbesar Cina yakni PetroChina, CNOOC, untuk menggenjot angka produksi. Ketiga perusahaan pun meresponsnya dengan menambah ribuan sumur bor baru di cekungan migas yang berada di barat laut Xinjiang, barat daya Sichuan, dan lapangan laut dalam di Laut Cina Selatan.
Ketiga perusahaan migas raksasa milik Cina tersebut bakan mengambil risiko dengan menginvestasikan lebih banyak uang untuk eksplorasi ketimbang produksi. Selain karena dorongan Beijing, keberanian perusahaan untuk mendorong eksplorasi juga dilatari harga minyak mentah dunia yang sudah mulai stabil di level 60 dolar AS per barel.
"Kita harus menjawab tantangan untuk meningkatkan eksplorasi domestik melalui langkah agresif," kata pimpinan PetroChina Wang Yilin, Jumat (1/2).
Sementara itu perusahaan migas spesialis laut dalam, CNOOC, pekan lalu sempat menyampaikan kepada media bahwa mereka cukup percaya diri untuk memasang target produksi tertinggi sejak 2014 lalu. CNOOC memastikan untuk menghabiskan dana eksplorasi dua kali lipat lebih banyak dibanding 2016 lalu.
"Dengan harga minyak mentah 50, 60, atau 70 dolar AS, kami bisa meraih keuntungan yang layak," jelas CEO CNOOC Yuan Guangyu.
Sementara itu, salah satu mitra PetroChina yakni CNPC, juga meningkatkan investasi eksplorasi ke angka 741 juta dolar AS, naik lima kali lipat dibanding tahun 2018 lalu. Meski begitu, produsen minyak di Cina menyadari bahwa tantangan geologis tetap dihadapi yakni lapangan yang menua dan tren produksi yang terus menurun.
http://bit.ly/2WHaHKy
February 01, 2019 at 04:11PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2WHaHKy
via IFTTT
No comments:
Post a Comment