REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid menyampaikan sebutan keajaiban dunia bagi Candi Borobudur bukan hanya karena bangunannya, tetapi juga masyarakat sekitarnya. Ia menyampaikan hal tersebut pada pembukaan "Dwi Windu Ruwat Rawat Borobudur" di pelataran Candi Borobudur.
"Banyak orang di luar negeri heran ada sebuah candi, monumen yang begitu besar dan boleh dibilang monumennya umat Buddha, tetapi dirawat dengan penuh kasih sayang oleh masyarakat yang memiliki agama dan etnik yang bermacam-macam," katanya di Magelang, Jawa Tengah, Sabtu.
Hilmar menjelaskan, Candi Borobudur dijaga bukan saja oleh umat Buddha. Umat agama lain, seperti Islam, Kristen, Katolik, dan Hindu sama-sama mempunyai komitmen untuk merawatnya sehingga tidak mengherankan jika Candi Borobudur kemudian disebut sebagai "keajaiban dunia".
"Saya juga sering bilang Borobudur dengan masyarakatnya dan melihat kegiatan ruwat rawat ini sebagai bhinneka tunggal ika dalam praktik," ujar Hilmar.
Kepala Dinas Kepemudaan Olah Raga dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah Sinoeng Nugroho Rachmadi mengatakan Provinsi Jawa Tengah terus berupaya mempromosikan Borobudur melalui berbagai kegiatan, salah satunya adalah Borobudur Marathon. Ia menuturkan pekan depan pihaknya ditugaskan ke Tokyo untuk belajar tentang Tokyo Marathon.
"Kami jual dan kami sudah dapat stan untuk Borobudur dan kami akan buka pendaftaran Borobudur Marathon 2019 sudah mulai awal tahun ini," katanya.
Sinoeng mengajak masyarakat bersama-sama melestarikan sekaligus menjaga Borobudur agar candi tersebut dapat memberikan kemanfaatan secara luas. Bukan hanya pada masyarakat sekitar borobudur, bukan hanya untuk Jateng, tetapi dikibarkan bendera Indonesia itu dari Borobudur.
"Supaya semua mengenal keaslian Indonesia adalah jiwa-jiwa yang saling peduli, saling berbagi, dan saling empati," katanya.
http://bit.ly/2SpFehz
February 10, 2019 at 12:30AM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2SpFehz
via IFTTT
No comments:
Post a Comment