REPUBLIKA.CO.ID, RABAT -- Maroko telah memanggil duta besarnya pulang dari Arab Saudi untuk konsultasi. Hal ini mengindikasikan hubungan kedua negara itu mengalami keretakan mengenai Yaman, Qatar dan Sahara Barat, media Maroko melaporkan pada Jumat (8/2). Duta Besar Mustapha Mansouri membenarkan pemanggilan itu kepada laman berita Le360 yang pro-kemapanan.
Dubes itu menambahkan Maroko dan Arab Saudi telah menjalin hubungan yang kuat dan berlangsung lama dan kini mengalami krisis sementara. Sejauh ini belum ada konfirmasi resmi dari Kementerian Luar Negeri Maroko. Mansouri tidak menjawab permintaan untuk berkomentar. Kedutaan Saudi di Rabat menolak berkomentar.
Seorang pejabat pemerintah mengatakan kepada Reuters pada Kamis dubes itu sudah berada di Maroko selama sekitar sepekan, tanpa memberi alasan secara khusus. Dubes mengatakan pemanggilan itu ada kaitan dengan film dokumenter yang disiarkan saluran TV Saudi Al Arabiya mengenai isu Sahara Barat, yang berbeda dari sikap Maroko.
Arab Saudi dan negara-negara Teluk lain biasanya mendukung kedaulatan Maroko atas Sahara Barat, bekas koloni Spanyol yang juga diklaim oleh Front Polisario dukungan Aljazair. Film dokumenter Al Arabiya itu ditayangkan setelah saluran TV Qatar Al Jazirah bulan lalu mengudarakan satu wawancara dengan Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita yang menyatakan keprihatinan atas krisis kemanusiaan di Yaman.
Maroko, yang juga anggota kolisi Arab dalam perang Yaman, tak lagi ikut serta dalam operasi-operasi militer dan tidak menghadiri pertemuan-pertemuan tingkat menteri dan manuver militer baru-baru ini yang diadakan aliansi itu. Menurut dia, Maroko mengubah bentuk dan konten partisipasinya dalam koalisi Arab tersebut setelah melakukan penilaian terhadap perkembangan-perkembangan di lapangan.
Ketegangan dalam hubungan Maroko-Saudi telah terasa sejak Putera Mahkota Mohammad Bin Salman naik ke tampuk kekuasaan, penguasa sesungguhnya kerajaan di Teluk itu. Arab Saudi bersama dengan Uni Emirat Arab tidak memberikan suara mendukung bagi usaha Maroko untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026 setelah kerajaan di Afrika Utara itu mengambil sikap netral dalam perselisihan antara Qatar dan senjumlah negara-negara Teluk yang telah memutuskan hubungan dengan Doha.
Putra Mahkota itu tidak diterima di Maroko tahun lalu ketika mengadakan lawatan di Afrika Utara. Menlu Bourita mengatakan kunjungan tersebut tidak terjadi karena apa yang dia katakan kedua pihak berbeda pandangan mengenai waktunya. Maroko tidak mengeluarkan pendapat mendukung Arab Saudi pada saat pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi oleh para agen Saudi di Konsulat Saudi di Istanbul tahun lalu.
http://bit.ly/2Dm5sHf
February 09, 2019 at 03:29PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2Dm5sHf
via IFTTT
No comments:
Post a Comment