REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kebakaran hutan atau lahan yang selama ini terjadi di Sumatra dan Kalimantan mengakibatkan kerugian negara. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, mengatakan, nilai kerugian negara akibat kebakaran hutan sampai Rp 140 juta per hektarenya. Masyarakat pun diminta untuk mencegah kebakaran hutan terjadi kembali supaya negara tak kunjung merugi.
Doni menjelaskan, nilai kerugian negara tersebut berdasarkan hasil perhitungan biaya yang dibutuhkan untuk memadamkan satu hektare kebakaran lahan atau hutan, dibutuhkan biaya Rp 140 juta. Kerugian negara ini akan bertambah jika yang terbakar adalah lahan gambut yang memiliki kedalaman antara 10 meter sampai 20 meter. Bahkan di beberapa tempat, kedalaman lahan gambut bisa sampai 36 meter.
"Biaya memadamkan itu sangat mahal. Berdasarkan perhitungan yang pernah dilakukan oleh BNPB, satu hektare lahan gambut itu butuh biaya sekitar Rp 140 juta. Jadi berapa uang negara yang kita keluarkan kalau ribuan hektare yang terbakar," ujar Doni saat memberi pengarahan rapat kerja gubernur Mitra Praja Utama di Trans Luxury Hotel Bandung, Rabu (27/3).
Menurut Doni, kebakaran hutan di Riau masih berlangsung dan sudah ditangani oleh pemadaman yang dilakukan lebih dari 10 unit helikopter. Baik itu helikopter dari swasta maupun pemerintah, termasuk bantuan dari markas besar TNI. "Dengan teknologi modifikasi cuaca menggunakan pesawat, pada waktu tertentu bisa hujan, kemudian kebakaran berhenti oleh hujan buatan," katanya.
Tetapi, kata dia, setelah sekian hari apinya bisa kembali menyala. Memang, dari kondisi lahan gambut yang ada mungkin ada yang kedalamannya lebih dari 10 meter bahkan lebih dari 20 meter ini. "Ini sangat sulit dipadamkan," katanya.
Doni mengatakan, BNPB mengimbau terutama kepada daerah rawan kebakaran hutan, seperti Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan, untuk mencegah kebakaran hutan. Daerah ini, harus kerja keras jangan sampai membiarkan masyarakat yang sengaja maupun tidak sengaja, termasuk sengaja karena dibayar, masih melakukan pembakaran hutan.
"Seluruh komponen bangsa, di daerah-daerah yang rawan kebakaran, marilah kita sama-sama cegah supaya tidak terjadi kebakaran lahan hutan. Apakah itu hutan, lahan kosong, semak belukar apalagi gambut," katanya.
Doni pun mengingatkan, pemanasan global yang berdampak pada iklim di Indonesia. Perbedaan iklim yang sangat jauh antara bagian bumi di utara dan selatan, katanya, dapat memicu fenomena alam seperti El Nino di Indonesia.
Saat ini, kata dia, di selatan Australia panas dengan temperatur lebih dari 45 derajat Celcius. Kemudian di Amerika Utara temperatur kurang dari minus minus 54 derajat Celcius. "Jadi disparitas antara panas dan dingin itu mencapai hampir 100 derajat Celcius, jadi perubahan iklim ini sesuatu yang sudah sangat nyata," katanya.
Perubahan iklim ini pun, kata dia, menyebabkan semakin seringnya kejadian angin puting beliung dan angin kencang di Indonesia. Tahun-tahun sebelumnya puting beliung sedikit, tapi sekarang semakin banyak.
https://ift.tt/2OsCzy9
March 27, 2019 at 05:29PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2OsCzy9
via IFTTT
No comments:
Post a Comment