REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Debat calon presiden (capres) 2019 telah berlangsung di Hotel Shangri-La pada Sabtu (30/3) malam kemarin. Pada ajang debat keempat ini, Paslon 02 Prabowo Subianto dianggap telah mempermalukan TNI.
Hal itu disampaikan oleh Mayjen TNI (Purn) Saurip Kadi. Sebagai teman seangkatan Prabowo Subiyanto di Akabri (Nomor Akademi 70), ia mengaku heran bagaimana mungkin Jokowi Widodo yang lulusan Faktultas Kehutanan justru lebih menguasai bidang pertahanan daripada Prabowo.
“Prabowo kembali mempermalukan TNI, karena ternyata tidak mengetahui bahwa di seluruh dunia, yang digunakan dalam menyusun rencana pertahanan adalah ‘Hakikat Ancaman’ yang bakal dihadapi sebuah negara,” kata mantan Aster Kasad ini dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Ahad (31/3).
Ia menerangkan, 'hakikat ancaman' itu sendiri adanya di perkiraan intelejen strategis baik jangka pendek, menengah dan panjang. Oleh karena itu, di setiap kedutaan besar negara manapun dilengkapi dengan atase pertahanan dari ketiga angkatan. “Sehingga dasar penyusunan hakikat ancaman benar-benar valid, sama sekali bukan asumsi apalagi halusinasi. Merekalah Bbadan Pengumpul Keterangan yang resmi dibiayai negara," terangnya.
Menurut Saurip, Capres nomor urut 01 justru mengetahui bahwa perang zaman sekarang bukan lagi adu kekuatan persenjataan seperti perang zaman old. Tetapi perang asimetris yang intinya adalah bagaimana memmengaruhi rakyat negara lawan melalui perubahan mindset.
Negara lain pun, lanjut Saurip, telah mengubah konsep pertahanan mereka. Bahkan Amerika Serikat (AS) juga sudah menutup sejumlah pangkalan militernya di negara lain.
Kemudian perihal besaran anggaran, menurutnya Prabowo juga keliru apabila membandingkan besaran anggaran militer Indonesia dengan Singapura. Pasalnya luas wilayah Singapura hanya sebesar Kabupaten Brebes.
"Dengan luas wilayah yang kecil, tidak lebih dari Kabupaten Brebes, tapi menguasai kekuatan ekonomi kawasan melalui jasa finansial dan perdagangan, maka tidak ada pilihan, Singapura harus mempunyai keunggulan dibidang militer. Karena dengan satu sorty pengeboman saja, Singapura akan habis,” ungkapnya.
Jadi, menurut Saurip, nampaknya Prabowo harus belajar lagi perihal pertahanan dan keamanan yang terbaru sesuai zaman now. "Kalau perlu, melalui 'bimbingan belajar," kata Saurip.
Kemudian mengenai Capres Nomor 02 yang mengaku bahwa dia lebih TNI dari TNI, Saurip mengatakan bahwa Prabowo merupakan perwira tinggi TNI yang dipecat karena berinisiatif melakukan penculikan sejumlah aktivis. "Karena pak PS (Prabowo) adalah perwira tinggi bintang tiga dan lagi menantu Pak Harto, ya saru kalau digunakan istilah dipecat, maka dihadapkan pada kondisi riil saat itu, penggunaan istilah diberhentikan sungguh sangat bijak," tandasnya.
https://ift.tt/2JWB3FY
March 31, 2019 at 07:29PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2JWB3FY
via IFTTT
No comments:
Post a Comment