REPUBLIKA.CO.ID, KARANGANYAR -- Kementerian Pertanian (Kementan) menggenjot berbagai daerah agar menjadi sentra produksi sayuran organik. Salah satunya sentra sayuran organik di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Hal ini penting mengingat sayuran organik memiliki potensi pasar supermarket bahkan bisa ekspor sehingga dipastikan mendongkrak kesejahteraan petani dan pendapatan nasional.
Direktur Jenderal Hortikultura Suwandi membeberkan Indonesia sangat kaya akan komoditas tanaman sayuran. Buktinya, berbagai jenis tanaman sayuran yang tersebar di berbagai daerah, salah satunya yang tengah dikembangkan di Desa Nglebak, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah
"Daerah ini menjadi sentra tanaman sayuran organik dengan berbagai jenis tanaman pakcoy, seledri, kacang capri, cabai, wortel, bawang daun dan lainnya,, disamping sayuran biasa" demikian dikatakan Suwandi saat meninjau tanaman sayuran di Desa Nglebak, Sabtu (20/4).
Dirjen ditemani Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Karanganyar Supramnaryo dan para petani sayur. Mereka memotivasi para petani agar konsisten bercocok tanam.
Tingkatkan produksi
Tanaman sayuran tumbuh subur di dataran tinggi, seperi di Brastagi, Solok, Kerinci, Puncak, Lembang, Pangalengan, Ciwidey, Magelang, Sleman, Wonosobo, Tawangmangu, Batu malang, Enrekang, Modoinding dan lainnya.
"Kita targetkan dan dorong sayuran berkualitas, sayuran organik, ramah lingkungan dan menyehatkan, hingga masuk supermarket dan bahkan ekspor agar pendapatan petani dan negara meningkat," ujarnya.
Target ini pasti bisa diwujudkan. Karena baby buncis, capri, edamame, kubis dan 30an jenis sayuran lainnya memiliki daya saing yang tinggi dan sudah diekspor. Ekspor sayuran 2018 naik lebih tinggi dibandingkan 2017.
Tanaman sayuran identik dengan sehat dan segar, di Tawangmangu ini daerah dataran tinggi, udara sejuk, tumbuh berbagai jenis sayuran, bahkan banyak juga tanaman obat dan hias. "Di sini letak strategis dan juga menjadi tujuan wisata," terangnya.
Pengalaman petani
Hartono, petani sayuran organik Desa Nglebak, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar mengatakan para petani menanam organik sayuran pakcoy, seledri, kacang capri, cabai merah dan lainnya. Ditanam tumpangsari antar sayuran, lahan sayur di sini masih tersebar kecil kecil (spot spot) dan sudah diatur pola tanam sehingga pasokan bisa kontinue.
"Untuk organik harga lebih mahal, misal seledri dalam ikat seberat 2 ons, harga 5 ikat setara Rp 27.500 per kg, hal sama untuk pakcoy harga Rp 15.000 per kg dan kacang capri Rp 50.000 per kg," katanya.
Hartono menyebutkan biaya produksi organik lebih efisien karena tidak dipupuk dan pestisida kimiawi, misal pakcoy organik biaya total Rp 5.000 perkg. Sayur organik ini sudah sarana pasca panen dan packingnya, rutin masuk swalayan atau supermarket, sedangkan sayuran non organik masuk pasar biasa (pasar tradisional).
"Ini lumayan menguntungkan. Kami terus berupaya memperluas tanam organik," jelasnya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Karanganyar, Supramnaryo menuturkan kawasan pertanian di Tawangmangu ini tidak hanya menjadi sentra budidaya sayur-sayuran. Seperti sayuran organik pockcay capri, seledri dan berbagai jenis sayuran lainnya, tetapi juga sentra tanaman hias seperti krisan, anggrek, antorium, bonsai dan 130 jenis tanaman hias lainnya yang melibatkan 850 pedagang memasok ke seluruh Indonesia.
"Desa Nglebak sentra sayuran organik sedangkan Desa Nglurah dinobatkan sebagai desa wisata tanaman hias di Tawangmangu," tuturnya.
http://bit.ly/2XqcZx2
April 20, 2019 at 06:50PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2XqcZx2
via IFTTT
No comments:
Post a Comment