REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir yang terjadi di Provinsi Bengkulu terjadi akibat curah hujan yang tinggi dan pasang besar yang menyebabkan luapan air laut atau rob. Sistem drainase yang tidak baik memperparah banjir di daerah-daerah di Bengkulu yang memang rutin mengalami banjir akibat hujan deras dan rob pada musim penghujan.
Kepala Sub Direktorat Evaluasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ernawati mengatakan, menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan tinggi sampai ekstrem 126,575 milimeter per hari. Ini menyebabkan debit aliran tinggi hingga melebihi kapasitas pengaliran.
"Daerah Aliran Sungai Bengkulu bagian hilir memiliki topografi yang relatif datar, dengan ketinggian sebagian wilayah yang terkena dampak banjir relatif sama dengan ketinggian permukaan laut," kata Erna dalam jumpa pers di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Selasa (30/4).
Selain itu, wilayah terdampak banjir di Bengkulu merupakan daerah tangkapan air yang berbentuk segitiga sehingga memang rawan mengalami banjir limpasan. Daerah tangkapan air yang berbentuk segitiga memiliki anak-anak sungai yang langsung menuju sungai utama serta jarak hulu dan hilir terlalu pendek.
"Itu menyebabkan banjir cepat datang. Biasanya banjir yang terjadi dalam debit besar terjadi akibat hujan lebat pada bagian hulu daerah aliran sungai," tuturnya.
Peta rawan limpasan menunjukkan sebagian besar Daerah Aliran Sungai Bengkulu memiliki potensi tinggi dan ekstrem sehingga pasokan air sangat besar saat curah hujan tinggi. Berdasarkan peta rawan banjir genangan, Daerah Aliran Sungai Bengkulu juga memiliki potensi rawan dan sangat rawan baik pada bagian hilir maupun hulu.
Hujan deras yang mengguyur seluruh wilayah Bengkulu sejak Jumat (26/4) sore hingga Sabtu (27/4) pagi menyebabkan sungai-sungai meluap sehingga menimbulkan banjir dan tanah longsor di beberapa tempat.
Bencana banjir dan tanah longsor terjadi di Kota Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Lebong, Kabupaten Seluma, Kabupaten Bengkulu Selatan, dan Kabupaten Kaur.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu hingga Senin (29/4) bencana itu menyebabkan 29 orang meninggal dunia dan 13 orang hilang, serta memaksa sekitar 12 ribu warga mengungsi.
http://bit.ly/2vtQ5ZO
April 30, 2019 at 04:55PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2vtQ5ZO
via IFTTT
No comments:
Post a Comment