REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Memasuki H+3 setelah hari pemungutan suara Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, korban meninggal dunia bertambah di Tasikmalaya. Pada Sabtu (20/4), seorang pengawas tempat pemungutan suara (TPS) dan ketua kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) meninggal akibat kelelahan di Tasikmalaya.
Seorang pengawas TPS 01, Kampung Cibereum, Kelurahan Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Riyan (26 tahun) meninggal pada Sabtu (20/4) sekitar pukul 14.30 WIB. Kakak kandung korban, Nia (34) mengatakan, adiknya mengeluh lemas saat pulang bertugas di TPS pada Kamis (18/4) dinihari. Namun pada Kamis pagi, almarhum tetap kembali datang ke TPS untuk melanjutkan penghitungan suara.
"Pas pulang badannya panas dingin. Sempat dikerokin ibunya, paginya kerja lagi," kata dia, Sabtu (20/4) malam.
Saat pulang pada Kamis malam, adiknya itu mengeluh sakit. Keluarga di rumah pun meminta adiknya itu beristirahat. Sang kakak sempat mengajak almarhum ke pusat keaehatan masyarakat (Puskesmas), tapi adiknya tak mau.
Ia mengatakan, pada Sabtu pagi sebenarnya kondisi almarhum telah membaik dan sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Namun, siang hari adiknya tiba-tiba jatuh pingsan dan meninggal.
"Sempet disangka bercanda karena memang dia suka bercanda. Tapi tahunya beneran," kata dia.
Nia menuturkan sang adik adalah seorang yang rajin. Sepengetahuannya, almarhum tak memiliki riwayat penyakit yang parah.
Kepergian yang mendadak membuat keluarga kaget. Namun, Nia mengatakan keluarganya sudah ikhlas melepas kepergian saudaranya itu. "Kita sudah ikhlas. Ini sudah takdir. Tapi kaget kita karena mendadak sekali dan gak ada firasat," kata dia.
Mendengar kabar itu, jajaran Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Tasikmalaya mengunjungi rumah korban untuk menyatakan bela sungkawa dan memberikan santunan. Ketua Bawaslu Kota Tasik Ijang Jamaludin mengatakan, pihaknya merasa terpukul atas kejadian itu. Menurut dia, almarhum adalah sudah kedua kalinya menjadi pengawas TPS
"Sosoknya tekun, ulet, dan bertanggung jawab. Itu dibuktikan dengan segala tugas dia laksanakan dengan baik," kata dia.
Menurut Ijang, pada hari H pemungutan suara dirinya tak mendapat laporan adanya masalah atau keluhan para petugasnya di lapangan. Namun, tiba-tiba dirinya mendapat kabar ada petugasnya yang meninggal dunia pada H+3 pemungutan suara.
Ia mengakui, tugas pengawas TPS itu cukup berat. Alasannya, pengawas harus mengawasi jalannya Pemilu dari masa tenang dan saat pemungutan suara pengawas dituntut mengawasi seluruh proses tahapan hingga penghitungan.
"Kita tahu proses penghitungan dilakukan tanpa jeda maksimal hingga tanggal 18 jam 12. Artinya pengawas di lapangan harus melakukan pengawasan tanpa jeda dengan kurang istirahat," kata dia.
Ijang mengatakan, saat ini pihaknya sedang mengevaluasi apakah yang bersangkutan memiliki riwayat kesehatan. Namun, menurut dia, saat Bawaslu membuka pendaftaran pengawas selalu dilampirkan surat keterangan sehat.
Meski begitu, kejadian meninggalnya petugas Pemilu di lapangan akan menjadi catatan bagi penyelenggara. Saat ini petugas di lapangan harus melakukan proses pengawasan Pemilu. Artinya, ada lima proses pemilu sekaligus yang harus dikerjakan.
"Ini akan menjadi salah satu pertimbangan untuk pengambil kebijakan di DPR. Apakah ini akan dievaluasi, dikembalikan ke proses awal. Atau mekanismenya diatur lebih panjang terkait prosesnya supaya tidak ada lagi yang mebinggal akibat kelelahan pengawasan," kata dia.
Sementara itu, Ketua KPPS TPS 05 Desa Padangkamulyan, Kecamatan Bojomggambir, Kabupaten Tasikmalaya, Riyad meninggal dunia akibat kelelahan. Wakil Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Tasikmalaya Fahrudin mengatakan, korban meninggal setelah melakukan perhitungan suara.
Menurut dia, saat pingsan korban sempat dibawa ke dokter terdekat. Namun, korban dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dokter Soekardjo Kota Tasikmalaya.
"Sekitar jam 12 hari ini (Sabtu) almarhum meninggal di RSUD," kata dia saat dikonfirmasi Republika.
Dengan meninggalnya Riyad, telah ada tiga orang ketua KPPS di Kabupaten Tasikmalaya yang meninggal dunia setelah melakukan tugasnya pada Pemilu 2019. Seluruh korban meninggal akibat kelelahan.
Fahrudin mengakui beban kerja para KPPS memang berat. Karena itu, menurut dia pelaksanaan Pemilu serentak perlu dikaji ulang. "Karena bagi penyelenggara di tingkat KPPS sangat berat beban kerjan dan tanggung jawabnya," kata dia.
Ketua Bawaslu Kota Tasikmalaya Ijang Jamaludin mengunjungi rumah duka seorang pengawas TPS yang meninggal dunia di Kampung Cibeureum, Kelurahan Sukalaksana, Kota Tasikmalaya, Sabtu (20/4) malam.
http://bit.ly/2VVCshr
April 20, 2019 at 11:09PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2VVCshr
via IFTTT
No comments:
Post a Comment