REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbuat baik (ihsan) merupakan akhlak yang luhur. Tak ada yang mengingkari ini, namun tak semua orang mampu merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Manusia senantiasa mengalami godaan setan, sesuai dengan konsensus Allah dengan iblis. Mungkin banyak orang beranggapan, jika seseorang memberikan sedekah kepada orang lain hanya akan merugikan dirinya--sebab akan mengurangi pemenuhan kebutuhan dirinya--dan hanya akan menguntungkan orang lain yang diberi.
Demikian juga para majikan kalau memberikan upah yang pantas atau lebih, hanya akan menguntungkan karyawannya dan merugikan dirinya karena keuntungannya berkurang.
Sikap demikian seharusnya tak menempel pada diri orang beriman. Orang beriman seharusnya menyadari sepenuhnya bahwa kebaikan yang diperbuat bukan untuk orang lain apalagi buat Allah, namun buat dirinya sendiri. Allah berfirman, "Jika kamu berbuat baik, kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri" (QS. 17: 7).
Kita memang perlu selalu berbuat baik untuk mengisi kehidupan dunia yang hanya sementara ini. Hidup ini--sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW--ibarat mampir sejenak di suatu tempat untuk mengumpulkan bekal bagi suatu perjalanan jauh. Orang yang dapat menggunakan kesempatan tentu akan memilih hal-hal yang memang diperlukan untuk bekal perjalanannya itu.
Adapun orang yang tak pandai kesempatan mampir sebentar itu akan disibukkan dengan hal-hal yang kurang atau bahkan tidak diperlukan untuk bekalnya melanjutkan perjalanan.
Allah telah mengajarkan bagaimana kita seharusnya berbuat baik. "Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu" (QS. 28: 77). Kita seharusnya menghayati makna ayat tersebut, bagaimana misalnya Allah telah memberikan rizqi kepada semua manusia tanpa meminta konsesi apa pun serta tidak memandang apakah manusia itu taat atau ingkar kepada-Nya.
Terhadap semua pemberian itu, Allah tidak memberikan ikatan serta meminta imbalan apa pun. Konsekuensi yang bakal diterima akibat pemberian nikmat Allah itu sepenuhnya tergantung pada manusia sendiri.
Bagi orang yang mau bersyukur, akan ditambah dengan kenikmatan yang lebih banyak lagi. Namun bagi yang mengingkarinya, diancam dengan siksa pedih karena menyia-nyiakannya (QS. 14: 7). Mudah-mudahan pada bulan suci Ramadhan ini, kita bisa meningkatkan amal baik kita.
http://bit.ly/2HNbxOW
May 22, 2019 at 06:31PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2HNbxOW
via IFTTT
No comments:
Post a Comment