Pages

Tuesday, May 28, 2019

Moeldoko Sebut Turut Menjadi Target Pembunuhan

Moeldoko mengaku dua personel Kopassus ditugaskan untuk mengawalnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengaku turut menjadi target pembunuhan yang ditujukan kepada sejumlah tokoh nasional. Menurutnya, ancaman pembunuhan tersebut merupakan salah satu risiko dari pekerjaannya dalam menjaga kedaulatan negara. 

"Termasuk saya juga kalau enggak salah, apa yang mau dikomentari, itu kan maunya dia (pembunuh bayaran), kalau kita mah risiko dari tugas lah. Biasa," ujar Moeldoko di kantornya, Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa (28/5). 

Menanggapi ancaman tersebut, Moeldoko pun mengaku telah mendapatkan peningkatan keamanan. Menurutnya, sebanyak dua aparat keamanan dari Kopassus ditugaskan untuk memberikan pengawalan kepadanya. 

"Tadinya saya enggak suka dikawal-kawal gitu, sekarang apa boleh buat karena banyak yang mengingatkan ya udah. Dua orang saja (tim pengawalan)," ujarnya. 

Moeldoko mengatakan, peningkatan keamanan sudah dilakukan sejak sepekan ini setelah mendapatkan informasi ancaman pembunuhan. "Semingguan lah. Dari Koppasus," ujar dia. 

Mantan panglima TNI itu pun mengaku kaget dirinya juga menjadi salah satu target pembunuhan. Ia juga mengaku tak mengetahui alasan dirinya menjadi target ancaman. 

"Bagi saya gini loh, yang kita tegakkan kedaulatan negara, tidak ada yang lain. Wong saya dilahirkan prajurit untuk itu, sekarang pun enggak berubah sikap saya, yang mana siapapun nyata-nyata mengganggu kedaulatan negara, itu bagian tugas yang gak bisa diabaikan," jelasnya. 

Lebih lanjut, menurut Moeldoko, peningkatan keamanan ini hanya dilakukan terhadap dirinya saja. Sedangkan istri dan anaknya tak mendapatkan peningkatan pengamanan.  

Sebelumnya, Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian menyebut empat tokoh nasional menjadi target pembunuhan dalam aksi 22 Mei. Mereka adalah Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto, Menko Maritim Luhut B Pandjaitan, Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Budi Gunawan, dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere. 

"Nah, yang kelima adalah salah satu pimpinan lembaga survei. Saya tidak mau sebutkan dulu," Kata Tito di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Jakarta Pusat, Selasa, (28/5).

Sejak mengetahui informasi tersebut, polisi pun memberikan peningkatan pengamanan dan pengawalan kepada mereka.  

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/30KgL73
May 28, 2019 at 06:21PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/30KgL73
via IFTTT

No comments:

Post a Comment