REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Gunung Merapi sudah memulai aktivitas guguran pada awal Juli 2019. Tepat pada hari pertama pembuka bulan, satu guguran awan panas meluncur ke arah hulu Kali Gendol.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Babadan, Yulianto, melaporkan, guguran awan panas meluncur pada 06.13. Guguran itu meluncur dengan jarak luncur 1.100 meter.
"Awan panas guguran tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 milimeter dan durasi 110 detik," kata Yulianto, Senin (1/7) pagi.
Gunung Merapi turut mengeluarkan aktivitas guguran lava pijar. Selama periode pengamatan 00.00-06.00 saja, sebanyak tiga kali guguran lava pijar meluncur dengan jarak luncur 600-850 meter.
Untuk kegempaan, terjadi gempa guguran 17 kali beramplitudo 2-24 milimeter dan durasi 38,44-86,08 detik. Ada pula satu gempa fase banyak beramplitudo empat milimeter dan durasi 9,44 detik.
Dia menjelaskan, secara meteorologi, cuaca cerah dan berawan. Angin bertiup lemah ke arah barat, dengan suhu udara 11-15,8 derajar celcius, kelembaban udara 49-80 persen dan tekanan udara 628,4-709,1 milimetermerkuri.
"Visual gunung jelas, asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 15 meter di atas puncak kawah," ujar Yulianto.
Yulianto menambakan, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) masih menetapkan status waspada kepada Gunung Merapi. Status sudah bertahan sejak 21 Mei 2018.
Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, menuturkan area dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi diminta tidak ada aktivitas manusia. Kecuali, untuk penyelidikan dan pengembangan BPPTKG.
"Masyarakat dapat beraktivitas seperti biasa di luar radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi, masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak," kata Hanik. (Wahyu Suryana)
https://ift.tt/2FKOzYC
July 01, 2019 at 08:08AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2FKOzYC
via IFTTT
No comments:
Post a Comment