Pages

Wednesday, July 3, 2019

Tiga Masjid Bersejarah di Sulawesi Selatan

Sulawesi Selatan, memiliki sejarah dan peran penting dalam penyebaran Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sulawesi Selatan, khususnya Makassar, memiliki sejarah dan peran penting dalam penyebaran Islam di kawasan Indonesia Timur. Sejak berabad-abad lalu, Islam begitu mengakar di kawasan ini.

Kini, sejumlah peninggalan sejarah saksi kebesaran dan kejayaan Islam di Sulawesi Selatan masih tegak berdiri. Antara lain, puluhan masjid yang usianya sudah ratusan tahun. Meskipun tua, masjid-masjid tersebut masih terawat dan digunakan untuk kegiatan ibadah sehari-hari.

Sebagai peninggalan sejarah, masjid-masjid tersebut memiliki nilai dan arti yang sangat penting. Tapi, yang lebih penting adalah menghidupkan dan memakmurkan rumah Allah tersebut untuk terus mensyiarkan Islam di bumi Sulawesi Selatan. N

Masjid Tua Al-Hilal Katangka

Masjid ini dbangun pada 1631 pada masa pemerintahan Raja Gowa XIV bernama Al-Hilal, Katangka. Karena itu, masjid ini terkenal dengan nama Masjid Katangka. Masjid dengan luas bangunan 212,7 meter persegi ini terletak di Jalan Syekh Yusuf, Desa Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Ciri khas bangunan Masjid Katangka adalah konstruksi atapnya yang berbentuk joglo dua lapis dan dinding batu bata. Masjid Katangka didirikan di dalam areal Benteng Kalegowa yang berada di dalam kawasan Istana Tamalatea.

Dari dulu hingga kini, Masjid Katangka menjadi pintu penyebaran Islam di Sulawesi Selatan. Sejumlah ulama besar pernah punya andil menghidupkan syiar Islam di Masjid Katangka. Antara lain, Syekh Yusuf Taj al-Khalawati, ulama sekaligus pejuang. Dia dikenal dengan nama Tuanta Salamaka.n

Masjid Palopo

Masjid tua Palopo dibangun pada 1604 yang merupakan peninggalan Kerajaan Luwu yang berlokasi di Kota Palopo, Sulawesi Selatan. Masjid ini didirikan Raja Luwu yang bernama Datu Payung Luwu XVI Pati Pasaung Toampanangi Sultan Abdullah Matinroe.

Masjid ini berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 15×15 meter. Ketebalan dindingnya sekitar 90,2 sentimeter. Atapnya tumpang tiga, seperti masjid-masjid tua di Indonesia lainnya. Di bagian paling atas terdapat mustaka yang terbuat dari keramik Cina.

Atap terbuat dari sirap. Tumpang bagian tengah dan bawah ditopang empat tiang kayu sebagai pilar. Sedangkan, tumpang paling atas ditopang tiang utama (soko guru) yang langsung menopang atap. N

Masjid Gantarang Lalang Bata

Masjid ini terletak di atas puncak bukit di Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontomanai, Kepulauan Selayar. Ciri khasnya adalah atap berbentuk tumpang dan mustika di bagian puncaknya.

Masjid tua Gantarang diperkirakan dibangun pada abad ke-16 pada masa pemerintahan Sultan Pangali Patta Raja yang merupakan raja pertama yang memeluk agama Islam.  Hingga saat ini, bangunan masjid masih berdiri kokoh di tengah-tengah areal perkampungan. Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga dipakai sebagai sumber penelitian para pakar sejarah, mahasiswa, dan para pelajar.n

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2XqAqeh
July 04, 2019 at 07:18AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2XqAqeh
via IFTTT

No comments:

Post a Comment