REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG--Kasus balita pendek atau yang biasa disebut dengan stunting di Kabupaten Pandeglang, Banten, terbilang tinggi yang mencapai angka 38,5 persen. Presentase ini melebihi standar WHO yang batas maksimalnya adalah 20 persen atau seperlima dari jumlah total anak balita pada suatu daerah.
Bupati Kabupaten Pandeglang, Irna Narulita, mengakui angka stunting ini terbilang tinggi. Kendati demikian, menurut Bupati, Pemkab bukan tidak bekerja dalam penurunan angka stunting dan mengklaim memiliki target pengurangan angka balita stunting pada tahun depan sebesar 10 persen.
"Kami telah memperkuat upaya kami dalah penanganan stunting, jadi kita sisir semuanya, bekerja secara masif dari tingkat desa seperti melalui para kader, Puskesmas dan Kecamatan sehingga Insnya Allah di 2022 kita bebas stunting," jelas Irna Narulita, Jumat (9/8).
Diungkapkan Irna, dalam penyelesaian stunting memang tidak dapat diatasi secara instan. Namun, dirinya mengklaim sangat serius untuk melakukan penurunan stunting dengan program terintegrasi dan kesinambungan. Menurutnya juga, permasalahan ini sangat serius, karena sangat berkaitan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Masalah kemiskinan di daerah yang baru daja lepas dari status tertinggal menjadi bisa menjadi salah satu penyebab kurangnya asupan nutrisi bagi Balita. Begitu juga pasokan air bersih hingga pengelolaan sanitasi pada sebuah keluarga yang menurutnya menjadi masalah yang menyebabkan kasus stunting.
Dirinya berharap, pada anggaran Pemkab Pandeglang yang akan datang, para Dewan Perwakilan Rakyat juga turut membahas terntang kenaikan anggaran Pemkab untuk mengentaskan masalah ini. Tingginya angka stunting di Pandeglang, diharapkan juga dibantu solusi penyelesaiannya dari sisi anggaran.
"Semoga pada pembahasan anggaran untuk Pemkab nanti, kasus Stunting ini dimunculkan. Jadi faktor-faktor penyebab stunting seperti kurang nutrisi, air bersih, hungga jambanisasi yang ada di beberapa daerah di Pandeglang bisa dibantu sebenarnya saat ini beberapa sudah dibantu, tapi kan nggak banyak dan masih banyak yang teriak," jelasnya.
Pada Kamis (8/9) Pemkab mengadakan kegiatan pencanangan aksi cegah stunting untuk mendiskusikan masalah ini dengan semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dalam rangka penurunan angka stunting di Pandeglang. Nantinya, setiap OPD di Pemkab Pandeglang akan membuat kegiatan khsus yang fungsinya untuk menurunkan angka stunting.
"Semua OPD akan membuat perencanaan kegiatan cegah stunting. Kita akan adakan kampanye agar masyarakat tau tentang pencegahan stunting. Kegiatan pencegahan ini interpensi spesifiknya oleh Dinas Kesehatan dan lainnya mendukung pencanangan ini," kata Irna..
Sementara Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Provinsi Banten, Tiara Luthfie, mengatakan penyebab terbesar terjadinya stunting di Banten adalah adalah karena kesalahan pola asuh anak. Dia mengakui masih minimnya pengetahuan akan pola asuh anak menjadi tantangan terbesar dalam mengatasi stunting.
"Jadi dari hasil analisis yang kami pelajari, justru terbanyak penyebab stunting adalah karena pola asuh 50 persen, 35 persen faktor ekonomi dan sisanya adalah faktor kesehatan," tutur Tiara Luthfie, Jumat (9/8).
Pola asuh menurutnya mencakup pengetahuan seorang Ibu dalam mengasuh anak seperti pemberian asupan makanan yang tidak sesuai atau bahkan minim kandungan nutrisi hingga pola sanitasi lingkungan tempat anak berada yang dirancang tidak tepat.
Terkait pemberian nutrisi yang sesuai menurutnya adalah ketika makanan pendukung ASI bagi seorang anak telah mencukupi nilai nutrisi yang dibutuhkan, sementara berbagai kasusu stunting menunjukkan banyak orangtua yang abai akan hal itu Dirinya menekankan masih banyak orang tua yang memberikan anak makanan yang tidak mengandung nilai nutrisi standar.
"Ada orang tua yang tidak memberikan makanan pendukung ASI yang tidak sesuai standar, seperti memberikan anak bubur saja pakai kecap, coba proteinnya dimana," ucap Tiara.
Asupan nutrisi bagi anak adalah penyebab langsung terjadinya stunting, namun adapula penyebab tidak langsung yang turut berperan menyebabkan stunting. Faktor tidak langsung menurutnya adalah seperti lingkungan yang tidak higienis hingga menyebabkan diare pada anak yang berujung pada keengganan makan.
Dalam menanggulangi stunting, Dinkes Provinsi Banten sudah mengupayakan langkah intervensi kesehatan sejak dini yaitu membuat kegiatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) untuk remaja putri hingga pelaksanaan kursus kursus calon pengantin.
Ada juga kegiatan untuk Ibu hamil seperti kegiatan pemeriksaan Ibu hamil sesuai standar, pemberian tablet tambah darah, hingga intervensi kesehatan Balita seperti imunisasi, penimbangan berat badan bayi secara berkelanjutan.
https://ift.tt/2Kvo0d0
August 12, 2019 at 08:27AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2Kvo0d0
via IFTTT
No comments:
Post a Comment