REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keluarga korban penembakan massal bioskop 2010 di Colorado mengatakan film Joker membuka luka lama mereka. Mereka tidak meminta film tersebut ditarik namun studio film yang berdada di belakang film tersebut bisa turut menyuarakan revisi RUU persenjataan Amerika Serikat.
Dalam sepucuk surat kepada Warner Bros, beberapa keluarga korban juga mendesak perusahaan untuk mengakhiri segala kontribusi politik bagi para kandidat yang mengambil uang dari National Rifle Association (NRA) dan untuk mendanai program-program intervensi kekerasan senjata.
“Dengan kekuatan besar datang tanggung jawab besar. Itulah sebabnya kami meminta Anda untuk menggunakan platform besar dan pengaruh Anda untuk bergabung dengan kami dalam perjuangan kami untuk membangun komunitas yang lebih aman dengan lebih sedikit senjata,” tulis dalam surat tersebut dihimpun dari Malay Mail, Kamis (26/9).
Surat tersebut beredar luas di masyarakat sebelum film yang dibintangi Phoenix tersebut tayang di bioskop AS 4 Oktober lalu. Film ini memenangkan penghargaan tertinggi di festival film Venice pada bulan September.
Film ini diperkirakan meraup keuntungan sekitar 70 juta sampai 80 juta dolar AS. Warner Bros mengatakan, mereka memiliki sejarah panjang dalam memberikan donasi kepada para korban kekerasan, termasuk yang ada dalam penembakan di Colorado.
Studio film tersebut menambahkan, mereka juga telah bergabung dengan pebisnis lainya menyerukan undang-undang untuk mengatasi masalah penembakan massal di United Sates.
“Film ini tidak mendukung kekerasan dalam bentuk apapun dan tidak ada sedikit pun niat menjadikan karakter dalam film ini sebagai pahlawan,” tulis sebuh pernyataan resmi dari Warner Bros.
Sebanyak 12 orang meninggal dan 70 orang cidera ditembak selama menyaksikan sebuah film yang menceritakan kisah Joker di Aurora, Colorado. Mereka ditembak oleh seorang pria yang berpenampilan Joker dan ia kini telah mendapatkan hukuman seumur hidup.
“Ketika kami mengetahui bahwa Warner Bros sedang merilis sebuah film berjudul 'Joker' yang menghadirkan karakter sebagai protagonis dengan kisah asal yang simpatik, itu membuat kami terdiam,” kata surat itu, tertanggal 23 September dan ditandatangani oleh lima pria dan wanita.
Salah satu penandatangan itu, Sandy Phillips, mengatakan kepada wartawan dalam sebuah wawancara bahwa ia khawatir film ini mendorong orang untuk melakukan hal yang serupa.
Phoenix dan sutradara Joker, Todd Phillips, mengatakan film tersebut justru menyuarakan agar kejadian serupa tak terulang kembali. "Saya pikir kita semua menyadari masalah ini dan kami prihatin, dan saya pikir itu sebabnya kami membicarakannya. Saya tidak berpikir bahwa kita bisa takut untuk membicarakannya," kata Phoenix.
https://ift.tt/2mHw5BL
September 26, 2019 at 08:46AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2mHw5BL
via IFTTT
No comments:
Post a Comment