REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Hadiah Nobel dalam bidang kedokteran diberikan pada para peneliti hipoksia William Kaelin Jr (Dana-Farber Cancer Institute dan Harvard University di Massachusetts), Sir Peter Ratcliffe (Oxford University dan Francis Circk Institutes di London), dan Gregg Semenza (Johns Hopkins University di Baltimore, Maryland). Mereka mencari tahu bagaimana sel beradaptasi terhadap perubahan kadar oksigen dalam pembuluh darah.
Dalam penelitiannya, ketiga ilmuwan tersebut mengungkap sel mampu mengenali penurunan kadar oksigen (hipoksia) kemudian meresponsnya dengan memproduksi sel darah dan pembuluh darah baru. Selain menggambarkan proses fisiologis mendasar yang memungkinkan hewan untuk berkembang di beberapa daerah di ketinggian Bumi, mekanisme ini telah memberi rute baru bagi para peneliti untuk mencari cara untuk mengatasi anemia, kanker, penyakit jantung dan kondisi lainnya.
Ratcliffe yang menerima telepon dari Stockholm saat rapat lab di Oxford, mencoba memastikan kabar tersebut bukan lelucon.
“Lalu aku menerima berita itu dan berpikir tentang bagaimana aku akan mengatur ulang hariku,” kata Ratcliffe, seperti yang dilansir dari The Guardian, Senin (7/10).
Ratcliffe menghabiskan akhir pekan untuk mengerjakan hibah sinergi Uni Eroa dan tidak bisa membayangkan pagi harinya mendapat kabar menerima hadiah Nobel. Setelah menyelesaikan panggilan, Ratcliffe kembali ke pertemuannya dan atas permintaan komite Nobel, ia tidak melanjutkan tanpa sepatah kata pun.
Menurut Karolinska Institute di Stockholm, tiga pemenang akan berbagi hadiah sembilan juta kronor Swedia atau sekitar Rp 12,9 miliar secara merata. Ditanya apa yang ingin dilakukan, Ratcliffe mengungkapkan akan berbicara dengan istrinya secara pribadi.
“Tapi itu akan menjadi sesuatu yang baik. Sebuah pesta ada, tetapi tidak segera. Aku mencoba untuk tetap sadar karena ini akan menjadi hari yang sibuk,” ujarnya.
Kaelin mengungkapkan, ia dalam kondisi setengah tertidur ketika ponselnya berbunyi.
“Saya sadar sebagai ilmuwan jika mendapat panggilan telepon pada jam lima pagi dengan terlalu banyak angka terkadang merupakan berita bagus dan hati saya mulai berdetak kencang,” ujar Kaelin.
Ketiganya memenangkan hadiah Lasker bergengsi pada 2016. Dalam pekerjaan yang berlangsung lebih dari dua dekade, para peneliti memisahkan aspek yang berbeda bagaimana sel-sel dalam tubuh pertama-tama merasakan dan kemudian menanggapi kadar oksigen rendah.
Gas krusial digunakan oleh struktur kecil yang disebut mitokondria yang ditemukan di hampir semua sel hewan untuk mengubah makanan menjadi energi yang berguna. Para ilmuwan menunjukkan ketika pasokan oksigen terbatas, kompleks protein yang oleh Semenza disebut sebagai faktor yang diinduksi hipoksia (HIF) menumpuk di hampir semua sel dalam tubuh.
Peningkatan HIF memiliki sejumlah efek, terutama meningkatkan aktivitas gen yang digunakan untuk menghasilkan erythropoietin (EPO), hormon yang pada gilirannya meningkatkan penciptaan sel darah merah pembawa oksigen.
https://ift.tt/2Mrq4SO
October 08, 2019 at 07:05AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2Mrq4SO
via IFTTT
No comments:
Post a Comment