Pages

Saturday, December 8, 2018

BB Padi Luncurkan 11 Varietas Padi Lahan Rawa

BB Padi memiliki stok benih sumber (BS) mencapai 20 ton.

REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Balai Besar Peneletian Tanaman Padi (BB Padi) Sukamandi Kementerian Pertanian, melansir, saat ini, sudah ada 11 dari 230 varietas padi, yang khusus untuk lahan sawah rawa. Dari 11 varietas itu, sembilan varietas telah dimanfaatkan oleh petani. Sedangkan, dua varietas lagi masih dalam tahap penelitian untuk dimanfaatkan oleh petani secara luas.

Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Sukamandi, Priatna Sasmita, mengatakan, saat ini pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pertanian, terus menggenjot produktivitas pertanian. Salah satunya, dengan memanfaatkan lahan rawa. Bahkan, pemerintah telah menargetkan 550 ribu hektare lahan rawa yang akan disulap menjadi areal persawahan.

"Karena itu, perangkatnya sedang kita siapkan. Salah satunya teknologi," ujar Priatna, kepada Republika.co.id, Sabtu (8/12).

Salah satu perangkatnya itu, yakni ketersediaan varietas benih padi yang cocok dimanfaatkan di lahan rawa. Sudah ada 11 varietas. Yaitu, varietas Inpara 1 sampai Inpara 11. Varietas tersebut, merupakan benih padi unggul yang telah diteliti, untuk dicocokan dengan kondisi riil persawahan rawa. 

Saat ini, lanjut Priatna, BB Padi memiliki stok benih sumber (BS) mencapai 20 ton. Padahal, mengacu pada kebutuhan BS untuk 7,1 juta hektare luas baku areal sawah di Indonesia, hanya dua ton saja. Jadi, stok benih sumber ini sangatlah surplus. Bahkan, mampu mencukupi kebutuhan untuk setahun kedepan.

Stok benih sumber yang mencapai 20 ton ini, lanjut Priatna, mencakup varietas untuk benih padi sawah irigasi, sawah gogo, dan sawah rawa. Jadi, stoknya sangat banyak. 

"Jadi, yang dimaksud benih sumber (BS) ini, merupakan benih hasil penelitian para pemulia padi yang ada di kita. Lalu, yang sudah dimanfaatkan oleh petani itu, merupakan benih padi generasi keempat dari BS," ujar Priatna. 

Dengan begitu, pihaknya siap mendukung pemerintah dalam hal peningkatan produktivitas pertanian, menuju swasembada beras. Jadi, ketika petani sawah rawa, baik rawa lebak ataupun rawa pasang surut butuh benih padi, varietasnya sudah tersedia. Tinggal disesuaikan dengan kebiasaan dan kultur di daerah masing-masing. 

Ketua Peneliti Andronomi BB Padi Sukamandi, Nurwulan Agustini, mengatakan, saat ini sudah ada teknologi yang bisa mendukung pertanian lahan rawa. Yaitu, teknologi rawa intensifikasi super dan aktual (Raisa). Teknologi ini, bisa mengedukasi petani mulai dari pra tanam, tanam sampai panen. 

"Hal termudah yang bisa diadopsi petani dalam penggunaan teknologi Raisa ini, yakni pemilihan varietas yang unggul untuk lahan rawa. Serta, menerapkan cara tanam jejer legowo 21," ujar Nurwulan.

Selama ini, lanjut dia, cara tanam petani di lahan rawa, masih tradisional. Yakni, cara tanam hambur. Serta, jarak antara satu rumpun dengan yang lainnya sangat rapat. Sedangkan dengan teknologi Raisa, petani diedukasi untuk memerbaiki cara tanam, dari hambur ke jejer legowo 21. 

Lalu, tanamnya juga sudah pakai mesin. Sehingga, hasilnya jauh lebih baik. Serta, mampu mengefisiensi anggaran untuk membayar buruh taninya. Bahkan, sudah ada mesin yang mampu tanam padi di lahan rawa, dengan waktu tanam sehari mampu mencakup lima hektar lahan.

"Jadi, teknologi ini mampu mengefisiensikan anggaran yang dikeluarkan petani. Asalkan, petani mau mengadopsinya secara runtut, mulai dari pra tanam, tanam sampai panen," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga Andri, mengatakan, saat ini pemerintah pusat sedang fokus pada pembangunan sumber daya manusia pertanian. Salah satunya, melalui program selamatkan rawa sejahterakan petani (Serasi).

"Program ini, sebenarnya akan dirilis 2019 mendatang. Tetapi, oleh Pak Menteri telah digencarkan di penghujung 2018 ini," ujar Kuntoro.

Salah satu untuk mendukung targetan nasional, menuju 550 ribu hektare lahan rawa ini, pihaknya sengaja mendatangi BB Padi, guna melihat langsung kesiapan varietasnya. Ternyata, kesiapannya sudah maksimal. Tinggal diimplementasikan di masing-masing wilayah.

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2PrOvPx
December 08, 2018 at 05:48PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2PrOvPx
via IFTTT

No comments:

Post a Comment