REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Sulawesi Tengah, merehabilitasi gedung dan sarana lainnya yang terdampak bencana tsunami kurang lebih Rp 30 miliar. Dana tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
"Rehabilitasi itu hanya untuk mengembalikan fungsi gedung yang terdampak tsunami," ucap Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Keuangan, Kepegawaian dan Perencanaan IAIN Palu Kamaruddin, Ahad (3/2).
Kamaruddin mengemukakan, segala teknis pengaturannya dikelola langsung oleh pemerintah pusat lewat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. "Kita, IAIN Palu hanya menerima hasil dari rehabilitasi itu. Memang kita mengusulkan ke pemerintah pusat untuk dilakukan rehabilitasi gedung dan sarana terdampak tsunami," kata Kamaruddin.
Dia menjelaskan, pascabencana gempa, tsunami dan likuifaksi di Kota Palu, IAIN Palu ditetapkan sebagai salah satu wilayah terdampak yang masuk dalam zona merah. Artinya, seluruh rencana pembangunan infastruktur dan sarana prasarana di wilayah kampus satu, tidak diizinkan oleh pemerintah, dengan alasan tersebut.
Karena itu, pembangunan dan pengembangan kampus pascabencana dilakukan di Desa Pombewe Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi. Sementara rehabilitasi kampus yang dilakukan merupakan solusi karena untuk pindah ke Sigi, membutuhkan kesiapan infastruktur dan sarana prasarana serta waktu yang lama.
Sementara IAIN Palu harus melangsungkan tuntutan akademik, yaitu menjalankan seluruh proses perkuliahan dengan maksimal pascabencana. "Nah, jadi rehabilitasi gedung dan sarana di kampus I, IAIN Palu. Itu sebenarnya langkah taktis agar proses perkuliahan dan kegiatan akademik lainnya tetap berjalan, sambil menunggu rekonstruksi di kampus II," ujar Kamaruddin.
Kamaruddin menambahkan proses tahapan pekerjaan untuk rehabilitasi saat ini mulai berlangsung dengan pembersihan wilayah kampus yang terdampak tsunami.
http://bit.ly/2MM8j0u
February 03, 2019 at 05:54PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2MM8j0u
via IFTTT
No comments:
Post a Comment