REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil angkat bicara mengenai polemik pembentukan Tim Akselerasi Pembangunan (TAP). Menurut Ridwan Kamil, tim tersebut dibentuk atas dasar kebutuhan.
Ridwan Kamil mengakui, adiknya memang menjadi salah satu anggota TAP. Namun, ia memilih masuk menjadi anggota TAP bukan hanya karena kedekatan saja tapi karena kemampuan yang dimiliki.
"Kalau adik saya dipermasalahkan masuk TAP, speknya (spesifikasi) memang langka, dia punya kemampuan antimonopoli lulusan Australia. Saya butuh input dari dia untuk menjaga program One Village One Company," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan di Gedung Pakuan, Senin (18/3).
Emil mengatakan, ia perlu TAP untuk menasehati, memperlancar urusan yang tidak ada spesifikasinya di dalam Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Tim khusus milik Emil dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 060.2/Kep.1244.Org/2018 yang dikeluarkan pada 27 November 2018 lalu. Tim itu diisi oleh 19 orang pakar dengan latar belakang berbeda.
Tim itu diketuai oleh Rektor Unpad Tri Hanggono Achmad, Ketua Harian Arfi Rafnialdi. Kemudian ada posisi dewan pakar yang diisi oleh sembilan orang dengan beragam latar belakang keilmuan berbeda.
Seperti Erry Riyana Hardjapamekas, Idratmo Soekarno, Bernardus Djonoputro, Evi S Saleha, Budi Raharjo, Budhiana Kartawijaya, Kusmayanto Kadiman, Asep Warlan dan Dedi Kusnadi Thamim. Selain dewan pakar, di dalam TAP ada juga dewan eksekutif yang diisi oleh delapan orang. Di antaranya Juwanda, Sri Pujiyanti, Elpi Nazmuzzaman, Ridwansyah Yusuf Achmad, Ferdhiman Putera Bariguna, Lia Endiani, Wahyu Nugroho, Wildan Nurul Padjar.
Emil memastikan, orang-orang pilihannya itu memiliki kompetensi yang dibutuhkan. Selain itu, secara jumlah tim bentukannya itu jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan TGUPP bentukan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
"Dari awal kita butuh tapi konsepnya minimalis 19 orang. Kalau Jakarta penduduk 10 juta (penduduk), TGUPP ada 70 lebih. Kalau di Jabar ada 50 juta (penduduk) kita kompres hanya 19 orang," katanya.
Emil mengatakan, pembentukan TAP semata-mata untuk mengakselerasi pembangunan Jabar. Karena dia berlasan butuh banyak masukan sebelum mengambil kebijakan untuk kepentingan Jabar.
"(Tim) ini hanya untuk memberi input Gubernur untuk memperlancar kinerja. Dulu pas saya jadi wali kota juga ada, ini memang dibutuhkan," katanya.
TAP pun, kata dia, termasuk bertugas sebelum ia mengecek kunjungan ke luar negeri. Agar, saat kunjungan kerja ia bisa langsung bekerja sama dan tepat sasaran.
"Jadi, berbaik sangka aja (dengan keberadaan TAP) kalau boleh lihat hasilnya ada nggak," katanya.
https://ift.tt/2Jlt7Ok
March 18, 2019 at 05:07PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2Jlt7Ok
via IFTTT
No comments:
Post a Comment