REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permintaan ekspor produk otomotif perdana Indonesia oleh Bangladesh cukup tinggi, pasar bagi produk-produk Indonesia pun terbuka. Tahun ini, untuk memenuhi permintaan ekspor tersebut, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) memfasilitasi ekspor bus otomotif milik CV Laksana ke Bangladesh dengan nilai transaksi 808 ribu dolar AS.
“Sebenarnya, implementasi dari misi dagang kita tahun lalu itu (di Bangladesh) nilai transaksinya cukup banyak, ada 279 juta dolar AS. Nah, salah satu permintaan yang cukup tinggi adalah bus ini,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Arlinda kepada wartawan usai melepas ekspor perdana bus ke Bangladesh, di Jakarta, Kamis (21/3).
Dalam kesepakatan dagang antara Indonesia dan Bangladesh terdapat suplai ekspor produk bus Indonesia sebanyak 14 unit dalam tahun ini. Adapun komitmen dagang yang terjalin berjumlah 1.000 unit yang masih berproses survei dan penjajakan.
Kendati demikian, kata dia, untuk tahap awal pengiriman ekspor bus yang dilakukan berjumlah empat bus eksekutif dan tahap lanjutan berjumlah 10 bus double decker dengan nilai transaksi sebesar 808 ribu dolar AS.
Sementara untuk transaksi ekspor bus selanjutnya, kata Arlinda, masih menunggu kesepakatan lanjutan oleh pemerintah Bangladesh. Dia berharap, dengan adanya pengiriman ekspor empat bus yang ada, pemerintah Bangladesh dapat melihat realisasi komitmen Indonesia dalam perdagangan ekspornya.
“Mudah-mudahan ke depan akan ada lagi misi dagang di bulan April ini, jadi barangnya ada di Bangladesh,” katanya.
Terkait pengembangan ekspor ke depannya, dia mengaku pemerintah tetap menjalankan prinsip dagang dalam mempertahankan pasar utama. Adapun pasar utama negara tujuan ekspor Indonesia terbesar saat ini adalah Cina, Amerika Serikat, Jepang, dan India. Kendati demikian, tak menutup kemungkinan bagi Indonesia untuk membuka akses pasar baru dengan menjangkau pasar nontradisional.
Dia menilai, dengan tetap menjangkau pasar utama, Indonesia juga terus berusaha mencari peluang baru di pasar nontradisional dengan potensi pasar yang sangat tinggi. Adapun negara yang menjadi akses pasar baru bagi ekspor Indonesia ada di negara-negara Asia Selatan, Uni Emirat Arab, dan Amerika Latin.
Dia menjabarkan, neraca perdagangan antara Indonesia dengan Bangladesh, India, Srilanka, dan Pakistan mengalami surplus. Itu artinya, kata dia, peluang ekspor ke negara-negara tersebut masih cukup tinggi.
“Kalau dengan Bangladesh saja, nilai perdagangan kita mencapai 1,9 miliar dolar. Sedangkan kita kalau sudah 1,7 miliar dolar AS saja sudah surplus,” katanya.
Selain produk otomotif, permintaan produk ekspor Indonesia ke negara tersebut cukup tinggi yakni berupa kertas, makanan dan minuman, furnitur, serta handcraft. Dia berharap ke depan Indonesia dapat menggelar misi dagang kembali baik dengan Bangladesh maupun dengan negara-negara lainnya.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengapresiasi pelepasan ekspor perdana bus CV Laksana. Menurutnya, dengan adanya ekspor Indonesia yang masuk ke negara tersebut dapat membuat kerjasama antara kedua negara terus terjaga.
“Ke depannya, kita berharap bus-bus selanjutnya juga dapat terkirim,” katanya.
https://ift.tt/2HyCJne
March 21, 2019 at 05:41PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2HyCJne
via IFTTT
No comments:
Post a Comment