REPUBLIKA.CO.ID, BASRA – Lebih dari 2.000 artefak termasuk 100 artefak yang dicuri dan ditemukan di luar negeri dipamerkan di sebuah museum di Basra, Irak.
Kepala Arkeologi dan Peninggalan Bersejarah Provinsi Basra, Qahtan Al Obeid, mengatakan artefak yang dipajang di museum kedua terbesar di Irak itu berasal dari ribuan tahun lalu.
“Itu berasar dari 6000 sebelum Masehi hingga 1500 Masehi,” kata Al Obeid merujuk pada periode Asyura, Babel, dan Sumeria seperti dilansir Asharq Al-Awsat pada Rabu (20/3).
Obeid mengatakan sekitar 100 artefak yang sebagian besar berasal dari Yordania dan Amerika Serikat diberikan kembali ke Irak untuk dipajang di museum.
Basra adalah provinsi paling kaya minyak di Irak, meski demikian situs warisan di wilayah itu telah lama diabaikan.
Perang yang menghancurkan negara itu selama hampir empat ekade telah berdampak pada warisan Irak yang sebagian besar adalah peninggalan Mesopotamia.
Setelah invasi pimpinan Amerika Serikat yang menggulingkan Saddam pada 2003, kelompok teroris ISIS menghancurkan banyak patung kuno dan harta pra-Islam di negara itu.
Selama pendudukannya hampir sepertiga dari Irak antara 2014 dan 2017, ISIS menyita banyak perhatian dengan memposting video para militannya yang menghancurkan patung dan situs warisan dengan palu godam.
Mereka beralasan warga Irak menyembah berhala. Tetapi para ahli mengatakan ISIS kebanyakan menghancurkan barang-barang yang terlalu besar untuk diselundupkan dan dijual, dan menyimpan potongan-potongan yang lebih kecil, beberapa di antaranya muncul kembali di pasar gelap Barat.
Sementara itu Amerika Serikat mengatakan telah memulangkan lebih dari 3.000 artefak curian ke Irak sejak 2005, termasuk yang disita di zona konflik di Timur Tengah.
https://ift.tt/2FnKJVw
March 20, 2019 at 04:32PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2FnKJVw
via IFTTT
No comments:
Post a Comment