REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kesultanan Mughal didirikan oleh seorang pangeran Chagatai (Turko-Mongol) bernama Zahiruddin Babur yang memerintah India sejak 1526-1530. Dari kedua orang tuanya, Babur mewarisi darah penakluk.
Ayahnya merupakan keturunan Timur Lenk (Tamerlane), sang penakluk Asia Tengah yang juga pendiri Dinasti Timurid. Sementara, ibunya mewarisi silsilah penguasa Mongol yang melegenda, Jengis Khan.
Sejak kekuasaan leluhurnya di Asia Tengah runtuh, Babur mengalihkan ambisi penaklukannya ke India. Dari Kabul (Afghanistan), ia mulai mengarahkan ekspansinya ke Punjab. Selanjutnya, ia berhasil pula menduduki sebagian wilayah utara India menyusul kemenangan tentara di Panipat pada 1526.
Ketika Babur mangkat pada 1530, wilayah kekuasaan Mughal semakin meluas; membentang dari Sungai Indus di sebelah barat sampai ke Bihar di sebelah timur, dan; dari Himalaya di utara hingga Gwalior di selatan.
Puncak peradaban
Kesultanan Mughal mencapai puncak kejayaan di bidang kebudayaan, arsitektur, dan kesenian selama periode kepemimpinan Syah Jehan (1628-1658). Banyak peninggalan megah yang dibangun semasa pemerintahannya. Beberapa di antaranya yang paling monumental adalah Taj Mahal, Taman Shalimar, dan Masjid Agung Delhi.
“Era pemerintahan Syah Jehan menjadi penanda puncak peradaban Mughal. Namun demikian, ekspedisi militer yang dilakukannya untuk menaklukkan Balkh dan Badakhshan (bagian dari Afghanistan sekarang) nyaris membawa kesultanan tersebut ke ambang kebangkrutan,” ungkap Laura Etheredge dalam buku Islamic History.
https://ift.tt/2Jlonbv
March 18, 2019 at 04:47PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2Jlonbv
via IFTTT
No comments:
Post a Comment