REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai kondisi perekonomian Indonesia akan mengalami tantangan cukup kuat hingga akhir tahun ini. Sebab, kondisi tersebut diselimuti dengan pasar global yang kian pelik akibat perang dagang antara China dengan Amerika Serikat, juga Korea Selatan dengan Jepang.
China dengan sengaja mendepresiasi mata uangnya untuk membalas penerapan tarif untuk 300 dolar AS produk China sebesar 10 persen. "Kita lihat dari China ada action di mana mereka melakukan depresiasi yang terjadi di mata uang Yuan terhadap dolar AS cukup signifikan dan patut diwaspadai," ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti akhir pekan kemarin.
Menurutnya kondisi perekonomian global sangat berpengaruh kepada kondisi perekonomian negara berkembang, termasuk Indonesia. Maka itu, Indonesia perlu mewaspadai dan memonitor kondisi perekonomian global yang terus bergejolak.
"Perekonomian global saat ini tengah menghadapi perlambatan," ucapnya.
Sementara dari kondisi domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal dua 2019 sebesar 5,05 persen atau melambat jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang sebesar 5,07 persen. Namun, Detsry menilai kinerja perekonomian dalam negeri masih cukup solid.
"Dari domestik pertumbuhan ekonomi kuartal dua 2019 cukup solid walaupun cukup melambat dibandingkan kuartal satu 2019 masih tumbuh, 5,05 persen mendekati 5,1," jelasnya.
https://ift.tt/2yUugnL
August 12, 2019 at 07:44AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2yUugnL
via IFTTT
No comments:
Post a Comment