Pages

Sunday, August 11, 2019

Ustaz YM: Tempa Anak dengan Hadirkan Tantangan

Ustaz YM mengingatkan anak-anak perlu ditempa agar lebih tangguh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Khatib Salat Idul Fitri di Masjid Istiqlal Jakarta ustaz Yusuf Mansur menegaskan anak-anak perlu ditempa dengan kedisiplinan, diciptakan kondisi dengan segala kesusahan dan kesulitan, serta hadirkan tantangan untuk memperbesar impian mereka.

"Saya melihat penempaan anak-anak di pesantren relatif jauh lebih tangguh," kata ustaz Yusuf saat memberikan khutbah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad.

Ustaz Yusuf mengatakan, anak-anak yang ditempa di pesantren kerap berhadapan dengan situasi yang tak selalu mulus. Mereka terkadang mendapati makanan kurang hingga harus beraktivitas dalam keadaan lapar. Belum lagi harus antre panjang saat makan, buang air, ataupun mandi.

Mereka juga berhadapan dengan berbagai hukuman kedisiplinan dan bergaul dengan anak-anak lainnya yang memiliki beragam karakter. Kesusahan di pesantren itu, menurut ustaz Yusuf, kelak mendewasakan para santri.

Ustaz Yusuf membandingkan suasana penempaan di pesantren dengan di rumah. Anak-anak yang dibesarkan di rumah cenderung main gawai sepanjang waktu, susah dibangunkan, sepanjang waktu bermain, santai-santai, senang kalau diajak makan dan ke mal, tapi susah kalau diajak ke masjid.

"Kira-kira seperti itu," ujar Pengasuh Pondok Pesantren Daarul Qur’an Tanggerang, Banten.

Ustaz Yusuf menjelaskan cara Allah SWT menempa dua putra keturunan Nabi Ibrahim AS. Pertama, Nabi Ismail sejak kecil sudah dihadapkan dengan kelas yang bukan kelas seorang anak kecil. Bahkan, Ismail dihadapkan pada perintah penyembelihan, sementara buat Ibrahim itu juga menjadi perintah yang tidak kalah beratnya dari perintah-perintah sebelumnya.

“Anak-anak yang sudah dirindukannya berpuluh-puluh tahun, tapi kemudian ketika hadir dan sudah bisa diajak bercanda, sudah bisa diajak bermain dan berusaha, tetapi kemudian Allah memintanya untuk menyembelihnya,” jelas Yusuf.

Menurut Yusuf, hampir semua nabi tidak pernah dibiarkan hidup manja, tidak keras, dan tanpa perjuangan. Seluruh nabi diberikan latihan mental yang luar biasa oleh Allah SWT.

Para nabi dan keluarganya serta sahabat-sahabatnya diuji dengan beragam kesulitan dan kesukaran, dididik dengan tempaan fisik dan non fisik, dan dihadapkan bahkan dicarikan musuh yang jauh lebih besar dari diri mereka. Secara manusia, tidak ada nabi yang punya musuh gampang buat ditaklukan.

Ustad Yusuf mencontohkan, Nabi Musa melawan Firaun, nabi Ibrahim lawannya Raja Namrud, dan Nabi Daud melawan Jalut sang raksasa. Bahkan, ustaz Yusuf menjelaskan, Nabi Ibrahim dalam keadaan nyaman dan enak di Palestina yang subur, malah diperintahkan ke Makkah yang tidak ada apa-apanya, tapi kelak Kota Mekah menjadi kota baru sampai sekarang. Mekkah yang beraktivitas selama 24 jam penuh.

Ustaz Yusuf mengatakan bahwa orang-orang di masa kini, lebih menyukai kesenangan daripada kesukaran, lebih menyukai fasilitas dari pada perjuangan, lebih menyukai keadaan yang enak nyaman, senang, tapi tidak menyukai proses yang tidak enak, dan tidak nyaman. Ia merasa sedih melihat mereka yang hanya mau hasilnya tidak mau prosesnya.

Orang tua, menurut ustaz Yusuf, perlu mengoreksi pola asuhnya yang membuat anak menjadi kurang tangguh. Ia meyakinkan para ayah dan ibu bahwa kesulitan yang dialami anak ada hikmahnya.

"Seorang ayah yang kaya memanjakan anak-anaknya, dulu saya susah, jangan sampai anak-anak saya merasakan kesedihan seperti saya dulu. Akhirnya anak-anak itu yang nanti menjelma jadi orang susah, karena tidak dididik seperti pendidikan seperti pendidikan ayahnya, ketika ayahnya masih menjadi seorang anak kecil,” ungkap ustaz Yusuf.

sumber : Antara

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2Kt94f9
August 12, 2019 at 08:21AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2Kt94f9
via IFTTT

No comments:

Post a Comment