REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Gempa dengan kekuatan cukup besar, 6,8 magnitudo, mengguncang Pulau Ambon, Maluku, pada Kamis (26/9/2019) pada pukul 06.46 WIB atau sekitar pukul 08.46 waktu setempat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sedikitnya 20 orang meninggal dan empat orang luka-luka hingga kemarin malam.
Plt Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Agus Wibowo memaparkan, tiga orang meninggal dunia berasal dari Batu Kuda Tial, satu orang bayi meninggal di lembah Argo, enam orang berasal dari desa Liang An. BNPB juga mencatat tiga orang tewas desa Waai serta tiga orang meninggal di Waisamu, kabupaten Seram Bagian Barat. "Dan ada dua orang belum teridentifikasi. Total korban meninggal dunia sebanyak 20 orang," kata Agus Wibowo dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (26/9).
Terkait korban luka, Agus mengatakan setidaknya enam orang mengalami luka ringan di Kampung Iha, Desa Liang; sekitar 100 orang luka-luka akibat gempa di Desa Liang; dan satu korban luka berat di Desa Waisama Kabupaten Seram Bagian Barat.
Tak hanya menelan korban, gempa tersebut juga merusal sejumlah rumah serta sarana dan prasarana di berbagai daerah. Agus mengatakan, setidaknya 20 unit rumah rusak sedang, dan delapan unit rumah rusak berat dan satu bengkel rusak di Dusun Tanah Merah, Negeri Liang, kabupaten Maluku Tengah.
Di Kampung Iha, Desa Liang sebanyak 25 unit rumah rusak sedang hingga berat, satu unit masjid rusak ringan sementara pagar masjid rusak berat, tiga ruang belajar di sekolah madrasah mengalami rusak ringan dan satu unit MCK rusak ringan. Agus mengatakan, warga Kampung Iha saat ini mengungsi di tiga titik di lahan kosong dan masjid.
Sedangkan di Dusun Waihula , Desa Liang sebanyak tujuh unit rumah rusak total dan lima rumah rusak sedang. Agus mengatakan, kerusakan di atas belum termasuk kerusakan rumah di Dusun Wainuru, Desa Liang; Dusun Tanah Merah, Negeri Liang; serta menara lonceng gereja di Kota Ambon.
"Pengungsi diperkirakan kurang lebih 2.000 jiwa dengan kebutuhan mendesak semisal tenda pengungsi, makanan dan minuman serta obat-obatan, pampers, pembalut, selimut, alat penerang MCK dan trauma healing untuk anak, bayi dan remaja," kata dia.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengatakan, dari hasil analisis menunjukkan informasi awal gempa bumi ini berkekuatan M=6,8 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi M=6,5. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 3,43 LS dan 128,46 BT atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 42 kilometer (km) arah timur laut Kota Ambon, pada kedalaman 10 km. Getaran gempa itu dirasakan di daerah Kairatu, Haruku, Tihulae, Latu, dan Ambon.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal," katanya dalam siaran pers, Kamis (26/9). Ia juga menyampaikan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi di wilayah Ambon ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan sesar mendatar (strike slip fault).
Salah seorang yang meninggal kemarin, menurut saksi mata, adalah anak berusia dua tahun bernama Joy Nanlohy di Lembah Argo, Desa Passo, Kecamatan Baguala. Anak itu meninggal dunia karena tertimpa reruntuhan bangunan rumah orang tuanya, Johan Nanlohy, dan rumah keluarga Siregar.
"Balita tersebut sempat ditolong warga dan dilarikan ke RS Oto Kuyk di Desa Passo, tetapi nyawanya tidak tertolong," kata Pendeta Jemaat Lembah Argo, Christ Timisella. Menurut Christ, jenazah balita tersebut sudah dibawa pulang dari rumah sakit dan disemayamkan di rumah pamannya di Lembah Argo. Rencananya jenazah akan dimakamkan pada Jumat (27/9).
https://ift.tt/2nGzvp3
September 27, 2019 at 07:27AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2nGzvp3
via IFTTT
No comments:
Post a Comment