REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ita Nina Winarsih, Antara
Kecelakaan maut yang melibatkan puluhan kendaraan di Km 92 Cipularang, Purwakarta, Jawa Barat, Senin (2/9), mengakibatkan delapan orang meninggal dunia. Tercatat korban luka berat sebanyak tiga orang dan 25 orang mengalami luka ringan.
Pihak kepolisian menjelaskan kronologi sementara kecelakaan maut di ruas Tol Cipularang KM 92, Desa Pasirmunjul, Kecamatan Sukatani, Purwakarta. Peristiwa itu berawal dari kecelakaan tunggal yang terjadi pada kendaraan truk (dump truck) pengangkut tanah.
Direktur Penegak Hukum (Dirgakkum) Korlantas Mabes Polri Brigadir Jenderal Polisi Pujiyono Dulrachman menjelaskan, sekitar pukul 12.30 WIB terjadi kecelakaan tunggal yang melibatkan kendaraan truk pengangkut tanah. Truk tersebut terguling hingga berhenti dalam posisi melintang.
Saat proses evakuasi terhadap truk dilakukan, dari arah Bandung menuju Jakarta, datang lima kendaraan. Lima kendaraan itu pun berhenti karena sedang ada proses evakuasi.
"Tiba-tiba, dari atas (arah Bandung) datang lagi dump truck pengangkut tanah lain dengan kecepatan tinggi. Selain itu, truk tersebut mengalami rem blong," ujar Pujiyono, Senin (2/9).
Di belakang truk kedua, ada 15 kendaraan lain yang tak sempat menghindar. Akibatnya, belasan kendaraan itu mengalami kecelakaan beruntun. Kasatlantas Polres Purwakarta AKP Ricki Adisaputro menyebut kendaraan yang terbakar di lokasi kejadian mencapai enam unit.
Tempat kejadian perkara (TKP) kecelakaan maut di Jalan Tol Cipularang terlihat diselimuti tanah yang diangut oleh dua truk pengangkut tanah yang terlibat kecelakaan. "Tanah (yang menyelimuti jalan) ini dari dua truk," kata General Manajer PT Jasa Marga, AJ Dwi Winarsa di lokasi kejadian.
Untuk membantu membersihkan jalan, pihaknya mengerahkan sedikitnya dua alat berat ekskavator serta enam mobil derek yang juga membantu evakuasi kendaraan lain. "Sekitar 20 petugas dikerahkan untuk pembersihan dan kita turunkan tiga mobil tangki air," katanya.
Suherman (33), salah satu korban selamat yang ditemui Republika di RSU MH Thamrin, Purwakarta, menceritakan kecelakaan fatal yang dialaminya. Ia mengatakan, saat itu dirinya mengemudikan mobil SUV bernopol A 1535 JJ, dengan membawa empat penumpang.
"Di depan mobil saya, ada Bus Alina yang mengerem mendadak. Padahal, saat itu saya sedang memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi," ujar Suherman.
Untuk menghindari tabrakan, Suherman langsung mengerem kendaraannya. Namun, nahas, dari belakang kendaraannya ini justru ditabrak kendaraan lainnya. Kerasnya benturan, membuat mobil SUV yang dikendarainya berpindah ke jalur A (berlawanan). Kemudian, kendaraan ini menabrak pembatas dan masuk ke jurang.
"Alhamdulillah, saya bersama empat anggota keluarga semuanya selamat. Beruntung, saat mobil saya nyelonong ke jalur berlawanan, tidak ada kendaraan lain. Sehingga, kecelakaan yang dialami saya dan keluarga tak terlalu parah," ujarnya yang mengalami luka ringan ini.
Rawan kecelakaan
Korlantas Mabes Polri ingin mengevaluasi kondisi jalur di ruas Tol Cipularang. Terutama, di KM 90 sampai KM 100. Mengingat, di lokasi tersebut sering terjadi kecelakaan dengan tingkat patalitas yang cukup tinggi.
Dirgakkum Korlantas Mabes Polri Brigadir Jenderal Polisi Pujiyono Dulrachman, mengatakan, lokasi kecelakaan beruntun terjadi pada Senin (2/9), di KM 92 jalur B Tol Cipularang. Ternyata, merunut pada daftar kecelakaan, di sekitaran kilometer tersebut sering terjadi kecelakaan. Bahkan, tingkat fatalisasinya cukup parah.
"Di sekitaran kilometer itu, sering terjadi kecelakaan. Seperti, kasus kecelakaan yang melibatkan pedangdut Saipul Jamil sampai yang hari ini dengan korban delapan jiwa," ujar Pujiyono, kepada Republika.co.id, Senin.
Karena itu, lanjut Pujiyono, pihaknya akan menggandeng Jasa Marga untuk melakukan evaluasi di sejumlah titik yang rawan kecelakaan. Evaluasi ini, terkait dengan faktor penyebab kecelakaan itu.
Bisa jadi, ke depan di lokasi tersebut akan dipasang pita kejut. Supaya, pengemudi bisa meningkatkan kewaspadaan lagi saat berkendaraan. Apalagi, di lokasi kecelakaan hari ini, kondisi jalannya menurun.
Dengan kondisi jalan yang menurun, kendaraan berat yang mengangkut tanah, pasir ataupun batu, jika mendadak ngerem di jalanan menurun, jelas tidak akan bisa maksimal. Maka, bisa terjadi kecelakaan. "Karena itu, kami akan mengajak Jasa Marga untuk mengevaluasi lokasi kecelakaan maut ini," jelasnya.
https://ift.tt/30TTVcO
September 03, 2019 at 07:39AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/30TTVcO
via IFTTT
No comments:
Post a Comment