REPUBLIKA.CO.ID, Kessi Tiwahyuni (22 tahun) memperlihatkan wajah yang begitu tegang. Matanya selalu menatap ke pintu kedatangan domestik Bandara Internasional Minangkabau (BIM) ketika jam memperlihatkan pukul 20.50 WIB, Kamis (3/10). Kessi adalah seorang mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia Unversitas Negeri Padang (UNP). Sampai kuliah di semester 8 ini, Kessi tinggal di Kota Padang bersama saudara sepupunya.
Sejak tragedi Wamena, Kessi tak pernah berhenti khawatir. Semua keluarga Kessi berada di Wamena. Ayah, Ibu, kakak, dan adik kesayangannya bernama Lucky sempat berada di tengah-tengah tragedi berdarah di Wamena. "Sejak kejadian itu, saya sangat khawatir. Semua keluarga saya di sana. Hanya saya sendiri di Padang sejak kuliah di UNP," kata Kessi.
Sebelum duduk di bangku kuliah, Kessi sejak SD sampai SMA bersekolah di Wamena. Ia sesekali berkunjung ke Wamena ketika libur semester dan libur Lebaran Idul Fitri.
Kessi mengaku menangis seharian karena mendapat kabar dari ayahnya bahwa Lucky sempat hilang. Ayah, Ibu, dan kakak Kessi ketika itu sudah berada di pengungsian. Sementara Lucky yang baru duduk di bangku SMP tidak diketahui keberadaannya.
Setelah ditelusuri, Lucky dan teman-temannya yang merupakan warga asli Wamena berlindung di kantor Polres Wamena. Sementara, ibu dan ayahnya diungsikan di Makodim Wamena.
Kessi amat bersyukur keluarganya selamat. Ia langsung memeluk erat Lucky ketika sang adik keluar dari pintu kedatangan BIM. Ayah Kessi bernama Jafri Tanjung (60) tampak tersenyum bahagia melihat anak-anaknya bersatu kembali di ranah Minang. Setelah melepas rindu dengan Lucky, Kessi memeluk ayah, ibu, dan kakaknya yang juga telah tak kuasa menahan air mata bahagia.
"Alhamdulillah bahagia sekali ayah, ibu, kakak dan Lucky sudah di sini. Saya khawatir sekali," ujar Kessi.
Jafri dan keluarga sudah merantau ke Wamena sejak 2000. Di sana, mereka punya usaha dagang barang sembako di ruko. Hampir 20 tahun merantau di Wamena, Jafri punya rumah dan beberapa toko. Jafri belum tahu bagaimana nasib asetnya di Wamena saat ini. Ia berharap kondisi di Wamena segera pulih agar aset-asetnya di sana dapat segera diselamatkan.
Melihat keluarganya berkumpul di kampung halaman membuat Jafri seakan lupa dengan momen pahit yang ia alami saat terjadinya kerusuhan di Wamena. Bahkan, menurut Jafri, hikmah di balik tragedi Wamena ini adalah semua anggota keluarganya bisa hadir di wisuda Kessi.
“Ada hikmahnya, Kessi sebentar lagi mau wisuda. Dan kita semua sudah ada di sini (di Padang). Apalagi, ada Lucky. Kessi dan Lucky ini sangat dekat," kata Jafri memandangi kedua buah hatinya itu.
Jafri dan keluarga merupakan bagian dari 50 perantau Minang yang kembali ke kampung halaman pada Kamis (3/10) malam. Masih akan ada lagi gelombang perantau yang akan kembali dari Papua ke Sumbar.
Kepala Biro Bina Mental dan Kesra Pemrov Sumbar Syaifullah mengatakan, setelah gelombang pertama yang sebanyak 50 orang dipulangkan dengan Batik Air, ada sebanyak 134 warga Minang yang pulang difasilitasi Aksi Cepat Tanggap (ACT) dengan Express Air pada Jumat (4/10) dini hari WIB. Gelombang berikutnya yang juga difasilitasi ACT tiba kemarin sore dengan tiga penerbangan.
Sementara di jalur laut, saat ini ada 130 orang yang telah berlayar dengan kapal Ciremai menuju Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Nantinya 130 orang ini akan berganti moda transportasi ke pesawat terbang untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Padang yang biayanya ditanggung Pemprov Sumbar.
Ketua Ikatan Keluarga Minang (IKM) I Jayawijaya Zulkifli mengatakan, tragedi Wamena memperkuat persaudaraan warga Minang. Selama mengoordinasikan warga Minang di pengungsian Makodim, Zul menyebutkan, dukungan moral dan materi berdatangan dari seluruh warga Minang di Tanah Air dan beberapa negara.
Perasaan kalut para pengungsi pun hilang begitu mendapat kunjungan dari Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit yang membawa bantuan dan informasi Pemprov akan memfasilitasi warga perantau yang ingin pulang ke kampung halaman.
"Terima kasih para stakeholder, warga Minang dimanapun berada. Terima kasih dukungannya baik moral maupun materi," ujar Zul.
Zul bersama 50 orang anggota rombongan yang ia bawa sudah sampai di Pesisir Selatan, Sumbar. Sebelum bertolak dari BIM menuju Bayang, Pessel, Zul menyebut ada bantuan dana dari para warga Minang dengan total nilai mencapai miliaran rupiah.
"Biarlah kami merasakan musibah kehilangan harta benda, tapi Allah membuat tali silaturahim warga Minang kembali erat. Persaudaraan ini sangat berharga," kata Zul.
https://ift.tt/30OpjZa
October 05, 2019 at 08:02AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/30OpjZa
via IFTTT
No comments:
Post a Comment