REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis jumlah korban banjir bandang yang menerjang Sentani, Papua. Hingga Senin (18/3) sore jumlahnya terus bertambah menjadi 79 jiwa.
"Hingga Senin pukul 15.00 WIB, banjir bandang yang terjadi di Sentani pada Sabtu (16/3) pukul 21.30 waktu setempat telah menyebabkan 79 jiwa meninggal dunia dan 43 jiwa belum ditemukan," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Senin.
Ia menambahkan, ke-72 jiwa korban meninggal teridentifikasi di Kabupaten Jayapura, sisanya berada di Kota Jayapura. Terkait dengan korban hilang, dia menambahkan, 34 jiwa diidentifikasi di Kampung Milimik Sentani, enam orang di Komplek Perumahan Inauli Advent dan tiga di Doyo Baru. Sementara itu, 4.728 jiwa mengungsi di enam titik pos penampungan.
Jumlah penyintas terbesar, yaitu 1.450 jiwa, terdapat di BTN Gajah Mada. Kelima pos penampungan yang lain berlokasi di Posko Induk Gunung Merah menampung 1.273 jiwa, BTN Bintang Timur 600 jiwa, Sekolah HIS Sentani 400 jiwa, SIL Sentani 300 jiwa, dan Doyo Baru 203 jiwa.
Sementara itu, ia menyebut 11.725 keluarga terdampak akibat banjir bandang yang dipicu oleh hujan ekstrem yang berlangsung selama tujuh jam tersebut. "Upaya penanganan pemerintah daerah setempat telah dilakukan sejak hari pertama pascabanjir bandang," katanya.
Ia menyebut pos Komando yang didirikan di Kantor Bupati Jayapura telah melayani korban luka dan terdampak melalui pelayanan medis maupun dapur umum. Pelayanan medis telah didukung kembali oleh operasional rumah sakit yang telah berfungsi kembali, seperti RSUD Yowaris, sedangkan RS Dian Harapan, RS Bhayangkara, RS Abepura dan RS Aryoko difungsikan sebagai rumah sakit rujukan.
Kemudian pemerintah daerah setempat bersama dinas terkait, TNI, dan Polri melakukan upaya pemulihan dini seperti pembersihan kayu gelondongan, bebatuan, puing-puing dan material lain dengan alat berat. Di samping itu, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) XVIII Jayapura mengerahkan 4 unit ekskavator, 4 wheel loader (traktor dengan roda karet untuk mengangkut material), dan 10 dump truck (truk jungkit) untuk pembersihan ruas Jalan Nasional Jayapura-Sentani-Kemiri sepanjang 70 km yang tertutupi lumpur dan pohon tumbang.
Terkait dengan penanganan pascabanjir, ia mengakui Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memerintahkan BNPB segera mengevakuasi korban bencana banjir bandang. "Prioritas evakuasi bertujuan untuk menghindari bertambahnya jumlah korban meninggal duni dan luka-luka," katanya.
Di samping itu Jokowi memerintahkan penghijauan dan penanaman kembali hutan di hulu sungai yang bermuara di Danau Sentani.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Doni Monardo telah melaporkan kepada presiden terkait dampak bencana dan penanganan darurat saat ini. BNPB dan kementerian/lembaga terkait sudah berada di lokasi untuk memberikan pendampingan dan bantuan kepada pemerintah daerah setempat.
Sebelumnya banjir bandang di Sentani menerjang sembilan kelurahan dengan tiga Tiga kelurahan yang mengalami kerusakan parah adalah Dobonsolo, Doyo Baru dan Hinekombe. Kesembilan kelurahan yang terdampak adalah Kelurahan Dobonsolo, Hinekombe, Hobong, Ifale, Ifar Besar, Keheran, Sentani Kota, Sereh, dan Yobhe.
Banjir menyebabkan rumah rusak berat 350 unit dan rumah terendam di BTN Bintang Timur Sentani 211 unit. Sejumlah fasilitas umum juga mengalami rusak berat, yaitu sekolah delapan unit, tempat ibadah tiga unit, drainase delapan unit dan jembatan tiga unit.
https://ift.tt/2O8rYIs
March 18, 2019 at 03:54PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2O8rYIs
via IFTTT
No comments:
Post a Comment