REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peran perempuan dalam pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) begitu penting. Hal itu disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) 'Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini. Dia menilai, perempuan memiliki potensi yang luar biasa dalam mengembangkan wirausaha.
Perempuan dapat mengembangkan ekonomi dengan pelbagai usaha, termasuk yang berpusat di rumah-rumah. Selanjutnya, kaum hawa bisa mengembangkan jaringan pasar sehingga kegiatan usaha yang digelutinya kian besar. Karena itu, 'Aisyiyah menaruh perhatian pada pemberdayaan ekonomi perempuan.
"Di bawah Aisyiyah, sudah banyak Muslimah yang mengembangkan UMKM. Bahkan kami membuat agenda nasional di Tanwir di bawah Muktamar, salah satu agendanya tentang pemberdayaan ekonomi perempuan. Kami menggulirkan terus usaha-usaha untuk pemberdayaan ekonomi perempuan sampai di tingkat bawah," kata Siti Noordjannah saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (28/3).
Ia menuturkan, ada banyak kegiatan dan program yang orientasinya untuk memberdayakan perempuan, khususnya Muslimah, di bidang ekonomi. Salah satu organisasi ortonom bagi wanita Muhammadiyah ini memiliki sejumlah program di antaranya, Bina Usaha Ekonomi Keluarga (BUEKA), Sekolah Wirausaha Aisyiyah (SWA), koperasi dan pra-koperasi, serta bentuk kerjasama dengan berbagai pihak yang orientasinya soal pengembangan ekonomi.
Dalam program BUEKA, ia menjelaskan bahwa para pelaku usaha membentuk kelompok untuk meningkatkan kegiatan ekonomi guna menambah pendapatan. Adapula yang mengumpulkan para pedagang kecil untuk melatih mereka cara mengelola usaha, walaupun berupa usaha kecil.
"Program itu dilakukan di komunitas, di grass root (akar rumput) melalui jamaah-jamaah kita. Program ini sudah berjalan lama dan memiliki ribuan kelompok di seluruh Indonesia," ujar dia.
Selanjutnya, Siti mengungkapkan, 'Aisyiyah kini memiliki sekitar enam ratus unit koperasi, baik yang berbadan hukum maupun pra-koperasi. Menurutnya, gerakan koperasi pihaknya yang paling menonjol berlokasi di Jawa Timur. Di wilayah ini, setiap cabang (kecamatan) memiliki koperasi. Di Jatim saja, ada sekitar 400 koperasi di bawah 'Aisyiyah.
'Aisyiyah juga memiliki Sekolah Wirausaha Aisyiyah (SWA). Siti Noordjannah menuturkan, sekolah ini merupakan pelatihan yang terprogram dengan kurikulum yang jelas. Di dalamnya, terdapat mentoring dan pendampingan dari pengusaha yang telah sukses. Setelah melaksanakan pelatihan, para peserta diberikan pendampingan dan kemudian melakukan kegiatan usaha berkelompok.
"Mereka membentuk semacam perusahaan baru bagi para pengusaha UMKM pemula. Hal ini sudah berkembang dengan bagus," ujarnya.
Meski sebagian besar peserta program ini adalah perempuan, namun ia mengatakan kegiatan ini tidak terbatas pada kaum perempuan saja. Menurutnya, kaum pria yang berminat juga diperbolehkan ikut serta dengan syarat memiliki minat usaha. Para peserta sekolah ini terdiri dari buruh, guru, hingga sarjana.
Selain itu, Siti Noordjannah mengatakan pihaknya juga bekerjasama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Mereka memberikan pelatihan tentang pengetahuan terkait kesehatan, kebersihan, dan kehalalan suatu produk, bagi para pelaku UMKM.
Berkaca pada sosok istri Nabi Muhammad SAW, Siti Khadijah, ia mengatakan sudah seyogyanya umat Muslim juga turut berwirausaha. Karena itulah, dengan mengikuti ikhtiyar untuk mensejahterakan umat, ia mengatakan wirausaha menjadi salah satu hal nyang menjadi perhatian organisasi perempuan sosial ini. Dalam hal ini, ia juga menekankan agar pemerintah meningkatkan perhatian kepada para perempuan yang memiliki potensi untuk mengembangkan ekonomi.
Dalam rangka mengembangkan usahanya, Siti Noordjannah mengatakan inovasi dalam usaha di masa kini tentunya tidak bisa terlepas dari ekonomi digital. Revolusi industri yang ada sangat menentukan sebuah peluang usaha dengan persaingan ketat melalui e-commerce. Karena itulah, menurutnya, kegiatan usaha melalui perdagangan elektronik menjadi sangat penting.
Selain itu, para pelaku usaha juga perlu memiliki kreativitas dalam mengembangkan modal dan produk mereka. Apalagi, produk yang dinilai unik saat ini tengah berkembang dan digandrungi di pasar. Ia menambahkan, para pelaku UMKM juga sebaiknya mengikuti berbagai pelatihan tentang potensi lingkungan yang bisa mendorong kreativitas untuk menciptakan produk yang unik.
Masalah modal kerap menjadi hambatan untuk memulai atau melakukan kegiatan usaha. Dalam hal ini, ia menekankan agar pemerintah menggulirkan program-program untuk memberikan bantuan permodalan bagi mereka yang belum atau baru memulai usaha.
Pasalnya, skema pinjaman bank atau Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang digulirkan pemerintah di beberapa tempat masih sulit dijangkau oleh masyarakat. Pelaku UMKM kerap dinilai tidak mampu memenuhi syarat perbankan (bankable). Selain itu, pembiyaan ultra mikro (UMi) dari pemerintah juga dinilainya belum menjangkau semua masyarakat.
https://ift.tt/2CHzUvI
March 28, 2019 at 03:48PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2CHzUvI
via IFTTT
No comments:
Post a Comment