REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Mendekati Idul Fitri tahun ini, nasib petani sawit di Lampung dinilai semakin merana. Harga tandan buah segar (TBS) sawit terus mengalami penurunan sejak beberapa bulan terakhir. Tercatat, anjloknya harga sawit telah menyentuh harga Rp 980 per kg, padahal akhir bulan lalu masih bertengger di Rp 1.000 per kg.
Berdasarkan keterangan yang dikumpulkan Republika.co.id, Ahad (19/5), sejumlah petani sawit di Kabupaten Tulangbawang, Tulangbawang Barat, dan Lampung Timur mulai mengeluhkan harga sawit yang terus anjlok.
Harga sawit beberapa bulan lalu, sempat bertahan pada harga Rp 1.800 per kg, merosot setiap bulannya menjadi Rp 1.000 per kg. Dan terakhir, bertengger lemah di harga Rp 980 per kg.
Menurut Putra, seorang petani sawit di Kabupaten Tulangbawang Barat, belum ada tanda-tanda harga sawit akan kembali naik. Bahkan, lanjut dia, harga sawit kian merosot dari pekan ke pekan.
“Harga sawit TBS turun tinggal Rp 980 per kg. Rakyat menjerit kami petani tidak bisa membeli pupuk,” katanya.
Hal sama diungkapkan Joni, petani Desa Labuhan Ratu, Kecamatan Pasir Sakti, Lampung Timur. Menurut dia, saat ini jumlah produksi sawit cenderung menurun karena memasuki musim ketika tanaman sawit tidak berproduksi maksimal. Fakktornya macam-macam, terutama iklim atau cuaca yang tidak menentu. Kondisi tersebut berpengaruh besar terhadap anjloknya harga sawit.
Ia mengatakan, saat kondisi normal, harga sawit mencapai Rp 1.800 per kg. Saat ini, harganya dipatok pengumpul hanyal Rp 1.000 per kg. “Ini imbas dari kondisi cuaca berdampak produksi sawit tak maksimal harga jadi turun,” tuturnya.
Harga Rp 1.000 per kg sawit tersebut, ujar Joni, dialami petani sepanjang bulan April lalu. Memasuki bulan Mei kini, harga sawit juga tidak menunjukkan tanda-tanda kenaika. Sebaliknya, terjadi penurunan di bawah harga Rp 1.000 per kg.
Produksi TBS sawit di Lampung cenderung menurun, karena siklus trek pada tanaman kelapa sawit berimbas pada penurunan produksi. Saat memasuki masa pembuahan sawit, pasokan air hujan kurang maksimal. Walaupun ada pemupukan hasil TBS atau brondolan sawit masih menurun. Dari 1.000 batang tanaman kelapa sawit di lahan dua hektare, hanya berproduksi sekira satu ton.
Adapun pada kondisi dan cuaca normal, sekali panen TBS sawit, petani dapat meraup sekira empat ton. Petani tidak mau merugi terus, tetap melakukan proses panen dengan alat seadanya meskipun memasuki masa trek (siklus berubah).
Anjloknya harga TBS sawit, membuat petani kelapa sawit di Lampung Selatan, tetap mempertahankan pohon lama yang telah berusia 10 tahun lebih. Petani menunda peremajaan tanaman kelapa sawit, dan mempertahankan tanaman kelapa sawit yang sudah lewat 10 tahun. Upaya menunda peremajaan, meski masih menikmati harga sawit yang anjlok pada kisaran Rp 900 per kg. Petani masih menunggu bibit berkualitas dan akan melakukan peremajaan pada akhir tahun mendatang.
http://bit.ly/2WV6DGi
May 19, 2019 at 03:26PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2WV6DGi
via IFTTT
No comments:
Post a Comment