REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Sebuah bom meledak di acara resepsi pernikahan di Kabul, ibu kota Afghanistan. Para saksi mengatakan kepada BBC, seseorang meledakkan bom bunuh diri saat upacara pernikahan berlangsung dan memakan sejumlah korban jiwa.
Ledakan terjadi sekitar pukul 22.40 waktu setempat di daerah yang sebagian besar dihuni oleh Muslim Syiah. Belum ada kelompok yang mengklaim serangan tersebut.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Nasrat Rahimi membenarkan ada korban sipil dalam ledakan pada Sabtu (17/8). Tetapi jumlah rincian korban jiwa maupun luka-luka belum diketahui secara pasti.
Pernikahan orang Afghanistan sering kali melibatkan ratusan tamu yang berkumpul di aula besar. Biasanya tamu lelaki dipisah dari tamu perempuan dan anak-anak. Salah satu tamu pernikahan, Mohammad Farhag mengatakan, dia berada di ruangan tamu perempuan ketika mendengar sebuah ledakan besar dari ruangan tamu pria.
"Semua orang berlari keluar berteriak dan menangis. Selama sekitar 20 menit aula penuh dengan asap. Hampir semua orang di ruangan pria meninggal atau terluka. Sekarang, dua jam setelah ledakan, mereka masih membawa mayat-mayat itu keluar dari aula," ujar Farhag.
Militan Muslim Sunni, termasuk Taliban dan kelompok ISIS, telah berulang kali menargetkan minoritas Syiah Hazara di Afghanistan dan Pakistan. Ledakan terbaru terjadi hanya 10 hari setelah sebuah bom besar di luar kantor polisi Kabul yang menewaskan sedikitnya 14 orang dan melukai hampir 150 orang. Taliban mengklaim telah melakukan serangan tersebut.
Pada Jumat (16/8), saudara laki-laki pemimpin Taliban, Hibatullah Akhundzada dibunuh oleh sebuah bom yang ditanam di sebuah masjid dekat kota Quetta, Pakistan. Sejauh ini tidak ada kelompok yang mengklaim serangan itu. Sumber intelijen Afghanistan mengatakan kepada BBC, Hibatullah Akhundzada menghadiri sholat di masjid dan menjadi target yang dituju.
Perwakilan Taliban dan Amerika Serikat (AS) telah mengadakan pembicaraan damai di ibu kota Qatar, Doha. Kedua pihak melaporkan pembicaraan tersebut mengalami kemajuan.
Pada Jumat, Presiden AS Donald Trump melalui cicitannya di Twiter mengatakan, Taliban dan AS akan membuat kesepakatan yang mencakup penarikan pasukan AS secara bertahap. Penarikan tersebut disertai dengan jaminan dari Taliban bahwa Afghanistan tidak akan menjadi tempat bagi kelompok-kelompok ekstremis untuk menyerang AS.
Taliban juga akan memulai negosiasi dengan delegasi Afghanistan tentang kerangka kerja untuk perdamaian termasuk gencatan senjata. Taliban menolak untuk bernegosiasi dengan pemerintah Afghanistan sampai jadwal penarikan pasukan AS disetujui.
https://ift.tt/2P2trV3
August 18, 2019 at 07:49AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2P2trV3
via IFTTT
No comments:
Post a Comment