REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun luas kebakaran lahan pada 2019 tidak lebih luas dari 2015. Namun berdasarkan data kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dari KLHK, periode 2019 memiliki upaya pemadaman terbanyak.
"Luas karhutla yang didapat itu hingga September ini, kalau melihat perbandingan 2015 dengan sekarang, cenderung menurun. Tapi dibanding 2018 kita meningkat," Kata Kasubdit Kemitraan dan Masyarakat Peduli Api, Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, KLHK, Purwantio kepada wartawan di Jakarta, Rabu (2/10).
Dia juga mengakui bahwa upaya pemadaman karhutla tahun ini memiliki kuantitas terbanyak dari sebelumnya. Berdasarkan data yang ia tunjukan, Purwantio memaparkan, pada periode 2019 ini, jumlah pesawat yang diterbangkan untuk pemadaman mencapai 45 lima unit, dan lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya.
Sedangkan untuk warerbombing, di periode 2019 mencapai 324.518.236 air. Jumlah tersebut juga sejalan dengan garam yang disemai pada proses hujan buatan. Di mana dua upaya tersebut juga menjadi yang terbanyak.
Menurut dia, penanganan kebakaran lahan tersebut masih cukup panjang mengingat musim kemarau yang belum berakhir.
Namun demikian, pihaknya sudah menyiapkan SDM berupa tim Manggala Agni di Sumatera dan Kalimantan dengan total mencapai ada 1.695 orang. Jumlah tersebut belum termasuk tim lainnya dari TNI Polri dan tim patroli terpadu.
"Untuk faktor terpadu yang dilakukan sejak maret hingga September, kita membentuk posko di masing-masing lokasi. Kita sudah bentuk masyarakat peduli api juga," Tuturnya
Purwantio merinci bahwa di Kalteng sudah ada 19 posko, Riau 32 posko, Sulsel 25 posko, Jambi 16 posko, dan Kalbar 21 posko. Dia juga menjelaskan bahwa kondisi titik api (hotspot) pada periode Januari hingga Oktober 2019 ada sebanyak 7.354, dan masih terus dipantau.
https://ift.tt/2oDu3n8
October 03, 2019 at 07:00AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2oDu3n8
via IFTTT
No comments:
Post a Comment